Sukses

Lifting Minyak Indonesia Diperkirakan Merosot Jadi 743 Ribu Bph di 2024

Pemerintah akan meningkatkan kegiatan pencarian minyak dari sumur yang sudah tua, dengan mengunggunakan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) dan biosulfactan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan produksi minyak siap jual (lifting minyak) merosot pada 2024. Hal tersebut terjadi seiring dengan menurunnya produksi minyak nasional.

Dikutip dari data Pembangunan dan Target Renstra Kementerian ESDM, realisasi lifting minyak pad‎a 2019 sebesar 746 ribu barel per hari (bph), kemudian pada 2020 ditargetkan naik menjadi 755 ribu bph.

Lifting minyak diperkirkan merosot pada 2021 menjadi 716 ribu bph, kemudian kembali merangkak naik hingga 2024 menjadi 743 ribu bph. Meski diperkirakan meningkat, lifting 2024 masih di bawah realisasi lifting minyak di 2019.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, ada tiga proyek hulu minyak dan gas bumi (migas) yang menjadi andalan meningkatkan produksi minyak pada lima tahun ke depan.

"Jadi memang kita lihat di sini dari pengembangan yang ada sekarang, hanya tiga sumur yang diharapkan berpotensi menambah hasil lifting minyak," kata Arifin‎, di Jakarta, Selasa (28/1/2020).

‎Tiga lapangan tersebut adalah Ande-ande Lumut ditargetkan beroperasi pada 2023 dengan produksi minyak sebesar 25 ribu bph, kemudian proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) ditargetkan dapat memproduksi minyak pada 2024 mencapai 23 ribu bph.

Proyek berikutnya adalah Lapangan abadi Masela yang ditargetkan mulai berproduksi pada 2027, selain gas lapangan tersebut juga menghasilkan minyak 36 ribu bph.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sumur Tua

Selain mengandalkan tiga proyek hulu migas yang akan beroperasi dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah juga akan meningkatkan kegiatan pencarian minyak dari sumur yang sudah tua, dengan mengunggunakan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) dan biosulfactan.

‎"Program recovery ini memang merlelukan wkatu dilakuakn secara bertahap dari laboratorium dulu, disesuaikan karakter cadangan yang ada di lokasi-lokasi, jadi memang butuh waktu lama untuk mendapatkan formula tepat," tandasnya.