Sukses

Rupiah Melemah di Awal Perdagangan, Namun Potensi Kenaikan Terbuka Lebar

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.634 per dolar AS hingga 13.655 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Namun, penguatan rupiah masih terbuka lebar mengingat Bank Sentral AS memutuskan menahan suku bunga.

Mengutip Bloomberg, Kamis (30/1/2020), rupiah dibuka di angks 13.634 per dolar AS, tak berbeda jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 13.655 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.634 per dolar AS hingga 13.655 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,52 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.652 per dolar AS, melemah jika dibandingkan kemarin yang ada di angka 13.634 per dolar AS.

Namun, nilai tukar rupiah diprediksi menguat usai bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga acuan.

"Sikap bank sentral AS yang masih mempertahankan kebijakan longgar akan membantu penguatan rupiah terhadap dolar hari ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

The Fed memberikan sinyal akan meneruskan penyuntikan dana ke pasar via repo seperti yang dilakukan sejak awal September 2019.

Hal itu dilakukan The Fed sebagai upaya untuk menekan suku bunga antarbank turun.

Sementara itu, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali turun ke kisaran 1,58 persen setelah keputusan The Fed tersebut.

"Hanya saja kekhawatiran terhadap wabah virus corona masih akan menjadi beban untuk aset berisiko seperti rupiah," kata Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini bergerak di kisaran 13.600 per dolar AS hingga 13.650 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BI Sebut Rupiah Menguat Akibat Banyaknya Pasokan Valas

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menanggapi momentum penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semakin meningkat belakangan ini.

Menurut Perry, hal itu dikarenakan pasokan valas dari para eksportir yang melimpah. Menurut catatan BI, pada 22 Januari 2020, rupiah menguat 1,74 persen (ptp) dibandingkan Desember 2019 lalu. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada 2019 yang tercatat 3,58 persen (ptp) atau 0,76 persen secara rerata.

"Penguatan Rupiah didorong pasokan valas dari para eksportir serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (22/1/2020). 

Lanjut Perry, struktur pasar valas juga semakin kuat ditandai dengan meningkatnya volume transaksi dan kuotasi yang lebih efisien, serta makin berkembangnya pasar DNDF yang kemudian mendukung peningkatan efisiensi pasar valas.

"Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar Rupiah sejalan dengan kondisi fundamental, semakin baiknya mekanisme pasar dan keyakinan para pelaku pasar terhadap kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah," imbuhnya.

Secara keseluruhan, BI menilai penguatan nilai tukar Rupiah memberikan dampak positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas," papar Perry.