Sukses

Jack Ma Sumbang USD 14 Juta untuk Pengembangan Vaksin Virus Corona

Sebagai orang terkaya di China, Jack Ma ikut menyumbangkan uangnya dalam upaya mengatasi Virus Corona di negaranya.

Liputan6.com, Jakarta - Orang terkaya China, Jack MA, telah menyumbangkan USD 14 juta melalui yayasannya untuk membantu mengembangkan vaksin untuk virus Corona, menurut sebuah laporan New York Times.

Para pendiri Alibaba akan membagikan USD 5,8 juta kepada dua organisasi penelitian pemerintah China dengan sisa dana untuk mendukung upaya pencegahan dan pengobatan, CNN Business melaporkan.

Sementara itu, Perusahaan farmasi Johnson & Johnson awal pekan ini mengatakan dengan cukup percaya diri dapat menemukan vaksin untuk mengatasi virus coronaini.

"Kami memiliki puluhan ilmuwan yang bekerja pada hal ini sehingga kami cukup yakin kita bisa mendapatkan sesuatu yang dibuat yang akan bekerja dan tetap aktif untuk jangka panjang," kata Paul Stoffels, Chief Scientific Officer perusahaan, kepada CNBC.

Tapi dia bilang itu bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk vaksin yang akan tersedia di pasar.

"Kita akan melihat dalam beberapa minggu ke depan bagaimana ini terjadi," tambah Stoffels, menurut laporan.

Virus Corona baru-yang telah menewaskan lebih dari 100 orang-muncul di pusat kota Cina Wuhan dan belum memiliki obat penangkalnya.

 

Reporter : Danar Jatikusumo

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Starbucks Tutup 2 Ribu Cabangnya di China Dampak Virus Corona

Starbucks telah menutup separuh gerainya di China untuk melindungi stafnya dan mendukung upaya pemerintah untuk mengendalikan virus corona. Jumlah kematian akibat virus telah meningkat menjadi lebih dari 130 orang dan hampir 6.000 jiwa terinfeksi yang telah dikonfirmasi.

Jaringan kedai kopi itu memperingatkan bahwa infeksi virus corona yang berkembang pesat kemungkinan akan mempengaruhi kinerja keuangannya. Starbucks memiliki hampir 4.300 outlet di China, menjadikannya pasar terbesar perusahaan di luar AS, seperti dikutip dari BBC, Kamis (30/1/2020). 

Chief Executive Starbucks Kevin Johnson mengatakan perusahaan itu "menavigasi situasi yang sangat dinamis".

Perusahaan mengatakan kepada analis Wall Street bahwa mereka telah berencana untuk meningkatkan perkiraan laba tahunan setelah kinerja kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan tetapi memutuskan untuk tidak mengubah proyeksi karena virus.

Starbucks membuka kedai di China pertamanya di Beijing pada Januari 1999. Penjualan China menyumbang sekitar 10 persen dari pendapatan global Starbucks, menjadikan negara itu mesin pertumbuhan global paling penting.