Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa atau Brexit bagaikan dua sisi mata pisau yang memiliki efek positif dan juga dampak negatif bagi perekonomian Indonesia.
Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, mengatakan bahwa dampak positif terjadinya brexit menguntungkan Indonesia dalam sektor perdagangan. Sebab peluang ekspor pelaku usaha kian terbuka khususnya komoditas CPO ke Inggris dan tidak bergantung lagi kepada Uni Eropa.
Baca Juga
Sementara itu, dampak negatifnya yakni perekonomian Benua Biru tersebut akan tertekan. Dengan kondisi tersebut, secara otomatis akan berdampak bagi Indonesia dikarenakan permintaan Uni Eropa terhadap produk dalam negeri akan berkurang.
Advertisement
"Kalau brexit, saya kira ada sisi positif dan negatif," kata dia kepada merdeka.com, Minggu (2/2/2020).
Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko melihat bahwa Brexit bukan hal yang perlu dikhawatirkan sebab ada peluang yang bisa dihasilkan dari sisi perdagangannya.
"Tentu (ada manfaatnya), justru kita melihat bahwa (keadaan) brexit ini, tentu (membuat brexit) harus membangun semua hubungan perdagangannya dengan banyak negara kembali, karena sebelumnya bisa dalam satu kesatuan dengan Uni Eropa. Jadi hal ini juga merupakan peluang bagi Indonesia atau negara-negara yang selama ini secara konvensional berdagang dengan Uni Eropa," ujar Onny, di Museum Bank Indonesia, Jakarta, pada Sabtu 1 Februari 2020.
Onny mengatakan, selain Brexit, ada dua geopolitik dunia yang juga menimbulkan rasa khawatir pada ekonomi Indonesia, di antaranya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta resiko geopolitik AS dengan Iran. Sehingga ia menghimbau untuk selalu waspada pada ekonomi dunia.
"Jadi yang saya lihat, kita harus tetap waspada pada ekonomi dunia, adanya resiko geopolitik, dan juga tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia kedepannya," jelas Onny.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Brexit Sudah Resmi, Ini Perubahan yang Akan Terjadi di Inggris
Pada 31 Januari 2020 pukul 23.00 GMT, Inggris telah resmi meninggalkan Uni Eropa. Brexit sah. Setelah itu, masa transisi pun akan segera diberlakukan selama 11 bulan.
Selama masa transisi berlaku, peraturan Uni Eropa akan terus dipatuhi oleh Inggris, termasuk membayar sejumlah uang terkait biaya Brexit.
Sementara itu, sebagian besar sistem di Inggris setelah Brexit akan tetap sama. Meski demikian akan ada beberapa perubahan yang terlihat, berikut di antaranya seperti dikutip dari BBC, Sabtu, (1/2/2020):
1. Tidak Memiliki Kursi di Parlemen Eropa
Nigel Farage dan Ann Widdecombe, merupakan salah satu figur yang sudah dikenal di antara 73 anggota parlemen Inggris. Namun setelah Brexit, mereka tidak akan mempunyai kursi lagi di Parlemen Eropa.
Hal itu dikarenakan saat Brexit sah, semua lembaga dan lembaga politik Uni Eropa akan ditinggalkan oleh Inggris.
Namun, selain Inggris mengikuti aturan Uni Eropa selama masa transisi, Pengadilan Eropa akan terus memiliki keputusan akhir atas sengketa hukum.
2. Tidak Lagi Menghadiri KTT Uni Eropa
Jika ingin bergabung di KTT Dewan Uni Eropa di masa depan, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson harus diundang secara khusus.
Pertemuan rutin Uni Eropa juga tidak lagi akan dihadiri oleh para Menteri Inggris yang memutuskan hal-hal, salah satunya batas penangkapan ikan.
3. Proses Panjang Perdagangan
Pembicaraan mengenai aturan baru aktivitas pembelian dan penjualan barang dan jasa antara Inggris dengan negara-negara di seluruh dunia, akan diadakan dengan adanya Brexit.
Namun, perdagangan formal belum mendapatkan izin untuk diadakannya negosiasi dengan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia selama Inggris menjadi anggota Uni Eropa.
Pendukung Brexit berpendapat bahwa perekonomian Inggris akan meningkat bila memiliki kebebasan untuk menetapkan kebijakan perdagangannya sendiri.
Selain itu terdapat banyak hal yang harus dibicarakan dengan Uni Eropa.
Persetujuan dan kesepakatan perdagangan Inggris-Uni Eropa adalah prioritas utama, sehingga biaya tambahan untuk barang dan hambatan perdagangan lainnya tidak diperlukan ketika transisi berakhir.
Jika kesepakatan perdagangan tercapai, mereka tidak akan dapat dimulai sampai periode transisi berakhir.
4. Paspor Berubah Warna
Paspor Inggris yang berwarna biru dikabarkan akan kembali, setelah lebih dari 30 tahun digantikan oleh desain merah keunguan yang digunakan saat ini.
Perubahan ini diumumkan pada 2017 lalu oleh Menteri Imigrasi, Brandon Lewis dengan memuji kembalinya desain biru dan emas yang "ikonik", yang pertama kali digunakan pada tahun 1921.
Dalam beberapa bulan, warna baru tersebut akan muncul secara bertahap, dengan semua paspor berwarna biru yang dikeluarkan pada pertengahan tahun 2020. Namun, paspor berwarna merah keunguan yang ada akan tetap berlaku.
5. Koin Brexit
Koin Brexit akan memasuki sirkulasi, ada sekitar 3 juta koin peringatan 50p Brexit yang bertuliskan tanggal "31 Januari" dan "Perdamaian, kemakmuran, dan persahabatan dengan semua bangsa".
Koin serupa telah direncanakan untuk diperkenalkan oleh pemerintah pada tanggal 31 Oktober, yang merupakan tanggal Brexit sebelumnya.
Namun, koin-koin itu harus dilebur dan didaur ulang setelah batas waktu diperpanjang.
Advertisement