Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan bahwa industri manufaktur tidak terdampak besar dengan adanya wabah virus corona yang berasal dari wilayah Wuhan, China. Namun demikian, virus ini berpotensi mengganggu industri farmasi dalam negeri.
Menurut dia, tak terganggunya industri manufaktur seperti otomotif lantaran bahan baku yang biasa digunakan Indonesia untuk industri otomotif bukan berasal dari negeri Tirai Bambu.
"Kalau ke manufaktur kaitannya bahan baku, tapi di Wuhan pusatnya otomotif. Tapi otomotif Indonesia basisnya bukan dari China jadi dampaknya relatif kecil," kata dia di Jakarta, Rabu (5/2).
Advertisement
Menko Airlangga menyebut sektor lain yang kemungkinan berdampak adalah industri farmasi. Mengingat beberapa komponen masih berasal dari China.
Baca Juga
Meski begitu, pemerintah akan terus memonitor perkembangan rantai pasok lainnya yang kemungkinan akan terdampak. Mengingat, beberapa industri di China telah tidak beroprasi sehingga mereka secara otomatis menghentikan produksinya
"Sekarang mereka relatif panjang liburnya sampai pertengahan Februari, kita masih monitor perkembangan berikutnya karena value chain akan terganggu dan mereka menyetop produksi sementara," kata dia.
Di samping itu, Mantan Menteri Perindustrian ini juga memperkirakan adanya isu penyebaran virus corona ini akan mengganggu ekonomi China. Menko Airlangga bahkan menyebut ekonomi China akan terkoreksi 1-2 persen.
"Ekonomi Tiongkok diprediksi turun satu sampai dua persen, ke Indonesia pengaruhnya 0,1 persen sampai 0,9 persen," tandas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jokowi Minta Menteri Hitung Dampak Virus Corona bagi Perekonomian Indonesia
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta para menteri terkait untuk mengkalkulasi dampak dari pencabutan kebijakan bebas visa bagi China terhadap perekonomian Indonesia. Pencabutan bebas visa itu dilakukan menyusul wabah virus corona yang berasal dari Wuhan, China.
"Dikalkulasi secara cermat dampak dari kebijakan ini bagi perekonomian kita, baik dari sektor perdagangan investasi dan pariwisata," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas mengenai dampak virus corona di Kompleks Istana Kepresidenan Jawa Barat, Selasa (4/2/2020).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan bahwa China adalah negara tujuan ekspor utama bagi Indonesia. Bukan hanya itu, Jokowi menyebut bahwa China juga negara penyumbang komoditas impor terbanyak bagi Indonesia.
"Karena itu betul-betul harus diantisipasi dampak dari virus corona dan perlambatan ekonomi di RRT terhadap produk ekspor kita," jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah telah mengevakuasi 238 Warga Negara Indonesia (WNI) yang terisolasi di Wuhan, China akibat wabah virus corona. Saat ini, 238 WNI yang dievakuasi dari Wuhan sedang dikarantina selama 14 hari di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Seluruh WNI tersebut menjalani observasi dan mendapatkan pendampingan dari dokter selama 1x24 jam setelah tiba di Indonesia.
Tak hanya memulangkan WNI dari China, Indonesia sendiri mengambil beberapa tindakan demi menghentikan penyebaran virus Corona. Salah satunya adalah membatasi kunjungan masuk dan keluar dari China untuk mengantisipasi penularan virus Corona ke Indonesia.
Advertisement
Impor dari China Disetop, Pemerintah Harus Waspadai Kenaikan Harga Barang
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sepakat bahwa tindakan pencegahan berupa pemberhentian sementara impor dari China perlu dilakukan. Hal tersebut untuk meminimalisir dampak dari penyebaran virus Corona.
“karena demi keamanan. Kita tidak mau ambil risiko terhadap barang-barang dari China yang kemungkinan terkontaminasi virus, baik barangnya langsung atau orang-orang yang ada di dalam kapal.” Jelas ketua harian YLKI Tulus kepada Liputan6.com, Selasa (4/2/2020).
Menurutnya, kapal yang masuk untuk aktivitas ekspor-impor bisa saja menjadi mediator penyebaran virus.
“Saya rasa, untuk sementara ini memang pergerakan manusia maupun barang harus diantisipasi daripada nanti terkena wabah yang kemudian menjadi ongkos sosial yang tinggi bagi Indonesia.” Tambahnya.
Tulus juga menuturkan bahwa pemerintah harus mewaspadai adanya kenaikan harga-harga yang tidak rasional yang mungkin disebabkan oleh diberhentikannya impor dari China.