Liputan6.com, Jakarta ProPaktani merupakan program yang dicanangkan dari Kementerian Pertanian sebagai bentuk rekayasa kelembagaan petani, dengan tata keloka usaha tani yang profesional dan modern. Langkah itu menjadi pendekatan Kementan untuk mengarahkan korporasi yang terintegrasi dari hulu ke hilir.Â
Suwandi Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan pmenjelaskan bahwa pendekatan dengan mengelola usaha tani satu manajemen berskala ekonomi adalah hal yang menguntungkan.
"Kita tahu kan, selama ini usaha tani itu dikelola luasan kecil-kecil dan ada yang sendiri-sendiri. Maka kami dorong untuk kompak mereka berkorporasi, supaya dikelola lebih baik, banyak kemudahan dalam akses input sehingga kualitas input benih, pupuk, pestisida bagus semua, mudah akses modal, pelayanan teknologi maupun pasarnya," ujar Suwandi di acara Rakor dengan distan dan penyuluh se-Jabar hari Kamis (6/2) di Bekasi.
Advertisement
Untuk lebih memahami Propaktani, Suwandi mengenalkan bagaimana konsep yang dirancang untuk menjadikan kelembagaan petani naik kelas. Dari awalnya Kelompok tani, bergabung jadi gapoktan kemudian bergabung lagi menjadi berbasis korporasi.
Untuk lahannya tetap dari existing yang ada, lahan hamparan yang ada dirancang dalam klaster tanpa mengurangi batas batas kepemilikan lahan, namun menyatukan dalam satu manajemen sehingga berskala ekonomi.
"Ini ruang lingkup korporasi petani, mereka membentuk kelompok yang kuat di lahan yang ada dikelola sehingga skalanya lebih luas, jadi hamparan itu termanage dengan baik nanti," tambahnya.
Diakui Suwandi model ini bukan bentukan kelembagaan baru, tapi meng-upgrade dari kelembagaan petani yang sudah ada, intinya petani bisa naik kelas. Seluruh kebutuhan input petani dikoordinasikan satu pintu korporasi, demikian juga dalam hal akses modal, teknologi, kemitraan dan pasarnya. Harapannya akan memotong rantai pasok dan terwujud efisiensi pada berbagai tahapan usahatani.
Selaku Koordinator Tim Supervisi di wilayah Jawa Barat, SUwandi menginginkan Jabar menjadi salah satu show window program Propaktani . Misalnya di Indramayu yang terkenal sebagai kabupaten terluas penyumbang produksi padi di Jabar, arahnya bisa diterapkan sebagai role model ProPaktani.
"Tentu kita kawal terus program ini. Kita fasilitasi sarananya dan permudah akses pembiayaannya. Jadi tidak bertumpu pada anggaran Kementan saja tapi memanfaatkan sumber pembiayaan lain, seperti halnya dengan KUR,"Â jelasnya.
Sesuai arahan Mentan SYL, ke depannya pengembangan pertanian tidak hanya target pencapaian produksi saja, namun juga bagaimana bisa hilirisasi dan mencapai ekspor tiga kali lipat. Menurut Suwandi Jabar ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai basis produsen ekspor.
"Contohnya pengembangan beras khusus, beras tarabas sekelas japonika beras organik, beras merah, beras hitam, itu kan semua ada di Jabar. Jadi dikembangkan kawasannya, kami perluas ekspornya. Saya optimis kalau bergerak bersama pasti bisa terwujud. Terpenting dari program ini adalah bagaimana intensif pengawalan. Kostratani dan kostrada sebagai simpul pusat gerakkan terus mengawal kegiatan ini," kata Suwandi.
Desi, penyuluh dari kecamatan banyuresmi kabupaten Garut pun menyatakan kesiapannya mengawal program propaktani tersebut. "Kami di bawah kendali kostratani siap melaksanakan apa yang menjadi keinginan Mentan SYL dan tentu menjadi tugas kami untuk memastikan petani bisa meningkat kapasitasnya baik kapasitas SDM nya maupun usahanya," tandas Desi.
"Makanya kami para penyuluh se Jabar antusias datang di acara ini. Kami ingin dengar langsung dari Pak Dirjen Tanaman Pangan apa saja program tahun ini, dan bagaimana mekanisme kerjanya biar kami bisa mudah memsosialisasikannya ke petani-petani. Biar bisa sinkron jadinya," ungkap Desi lebih lanjut.
Dalam kesempatan tersebut juga sekaligus disosialisasikan beberapa program lain Kementan seperti penerapan integrated farming, budidaya zero waste, upaya pengendalian hama yang ramah lingkungan, dan hilirisasi produk pertanian.
Acara diakhiri dengan penandatanganan pakta integritas dari masing masing kabupaten/kota di Jabar sebagai bentuk komitmen untuk mewujudkan target target peningkatan produksi dan ekspor produk tanaman pangan.
Â
(*)