Liputan6.com, Jakarta - Pengembang properti terkemuka di Indonesia, PT PP Properti Tbk akan mengembangkan sejumlah produk landed house (rumah tapak) untuk meningkatkan kinerja keuangan pada tahun ini.
"Kami akan menambahkan pengembangan pada produk landed house karena sesuai dengan minat pasar saat ini. Selain itu pembangunan landed house yang terhitung lebih cepat sehingga dapat mempercepat cash in Perseroan. Hal ini sesuai dengan aturan PSAK 72, dimana pengakuan pendapatan baru akan dicatat pada saat serah terima” ujar Direktur Utama PPRO, Taufik Hidayat dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Baca Juga
Produk landed house yang akan di launching tersebut berlokasi di Rancasari Bandung, Transyogi-Cibubur dan Cengkareng-Jakarta Barat. Lokasi-lokasi ini terbilang strategis sehingga akanmeningkatkan minat dari konsumen.Adapun, jumlah unit yang ditawarkan masing-masing proyek adalah sekitar 536 unit, 607 unit, dan 179 unit yang akan dikerjakan dalam beberapa fase.
Advertisement
Pengembangan landed house ditargetkan untuk pasar kelas menengah dengan menawarkan kisaran harga yang terjangkau sekitar Rp800 juta dengan mengusung konsep millenial. Lokasi-lokasi landed house yang ditawarkan sangat dekat dengan moda transportasi umum dan toll gate.
Diketahui saat ini, PPRO memiliki totallandbank seluas 300-310 hektare di seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya sudah akan dikembangkan. Dengan jumlahlandbank tersebut, Perseroan yakinpengembangan proyek dapat dilakukanlebih dari 30 tahun ke depan.
Adapun, target pendapatan Perseroan tahun ini menyentuh sekitar Rp 3,1 triliun dengan laba bersih mencapai Rp346 miliar. Pihaknya meyakini target ini dapat dicapai karena ditopang oleh proyek residensial, serta pendapatan berulang yang diperoleh dari Mall dan Hotel.
“Kami yakin proyek-proyek landed house ini akan sukses terjual seluruhnya sehingga akan mendukung target marketing sales Perseroan yang dipatok mencapai sekitar Rp 3,8 triliun pada tahun ini. Apalagi, dengan berakhirnya tahun politik, kami berharap permintaan properti akan kembali meningkat. Selain landed house, PPRO tetap melanjutkan pengembangan apartemen yang sedang berjalan”, ujar Taufik.
Perseroan terus melakukan inovasi dalam setiap produk dan layanan yang dihasilkannya termasuk dalam hal digital, ini tercermin melalui penghargaan yang baru diterima oleh Perseroan pada rabu kemarin di UOB Plaza, Thamrin Nine Ballroom yang bertajuk Indonesia Digital Innovation Award 2020: Embracing Culture Through Collaboration yang dikeluarkan oleh Warta Ekonomi.
Apresiasi ini diberikan kepada 73 Perusahaan yang mampu menghasilkan inovasi terbaik dalam produk dan layanan berbasis digital, sehingga tetap bertahan dan berkembang di tengah sengitnya persaingan industri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rumah Tapak Vs Apartemen, Mana yang Lebih Murah?
Pilihan hunian bagi masyarakat milenial kini semakin beragam, seiring gencarnya pengembang membangun kawasan perumahan hingga apartemen di berbagai sudut kota. Pembangunan rumah tapak saat ini lebih banyak dilakukan di pinggiran kota karena semakin menipisnya ketersediaan lahan, sementara apartemen banyak berpusat di tengah kota lantaran struktur bangunan yang menjulang vertikal.
Secara harga, mana yang lebih memakan biaya, rumah tapak atau apartemen?
Berdasarkan pantauan Liputan6.com pada acara Indonesia Property Expo (IPEX) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (27/7/2019), banyak rumah tapak di pesisir Ibu Kota yang dijual pada kisaran harga Rp 100 juta. Seperti yang berada di Pesona Kahuripan, Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Perumahan yang dimiliki PT Hikmah Alam Sentosa ini menawarkan dua tipe hunian, yakni rumah subsidi dan komersil. Tipe rumah subsidi memiliki ukuran 30/60 meter dengan harga awal Rp 158 juta. Pengenaan uang muka atau down payment (DP) hanya 1 persen, dan bisa diangsur secara bulanan mulai dari 10 hingga 20 tahun.
Sedangkan untuk tipe komersil memiliki ukuran 36/90 meter seharga Rp 285 juta dan 50/90 meter seharga Rp 355 juta. Untuk pengenaan uang muka, pembeli bisa membayar sekitar 10-20 persen untuk masa angsuran 10-25 tahun.
Secara peminatan, Marketing PT Hikmah Alam Sentosa Ari Sampurna mengatakan, sejak pergelaran IPEX hari pertama dibuka pada pukul 09.00 WIB pagi, sudah ada hampir 30 orang yang tertarik untuk mengecek kondisi rumah secara langsung bersama pihak pengembang.
"Sejak jam 09.00 belum ada yang booking. Rata-rata survei dulu. Dari jam 09.00 sampai sekarang kalau dari buku tamu kita sudah hampir 30 orang. Wacananya mereka di hari Minggu besok mau survei lokasi," ujar dia kepada Liputan6.com, Sabtu (27/7/2019).
Advertisement
Apartemen
Di sisi lain, acara IPEX 2019 ini juga diramaikan oleh sejumlah pengembang apartemen. Salah satunya Amethyst Tower di bilangan Kemayoran, Jakarta Pusat, yang dikembangkan oleh PT Hutama Karya (Persero) Tbk melalui anak usaha PT Hutama Karya Realtindo.
Amethyst Tower memiliki ketinggian 39 lantai, dimana masing-masing lantai terdiri dari sekitar 22 unit kamar sehingga total kamar di bangunan tersebut ada sekitar 1.000 unit. Seluruh kamar itu kemudian terbagi menjadi 9 tipe unit ruangan yang dibedakan secara ukuran, mulai dari 27 m2 sampai 46 m2.
Harga per satu unit apartemen di sini pun rupanya lebih mahal dibanding rumah tapak sederhana, yakni mulai dari Rp 389,010 juta sampai Rp 677,166 juta per unit. Pengenaan uang mukanya adalah sebesar 20 persen, dengan simulasi angsuran bank per bulan mulai dari 5-15 tahun.
Meski menawarkan harga yang tidak murah, calon pembeli apartemen ini rupanya lebih banyak dan lebih pasti dibanding rumah tapak sederhana. Dewi, salah seorang staf dari PT Hutama Karya Realtindo mengabarkan, sudah ada 5 orang sepanjang hari ini yang mem-booking untuk bisa mendapat unit kamar di tempat tersebut.
"Dari pagi sampai siang, sudah ada sekitar 5 orang yang booking. Mungkin mereka melihat pengembangnya besar, ini (Hutama Karya) kan BUMN juga. Terus juga sudah ready, sudah jadi tiap unitnya," tutur dia kepada Liputan6.com.
Bentuk bangunan hingga nominal rupiah nampaknya bukan jadi pertimbangan utama masyarakat untuk bisa mendapatkan hunian. Masyarakat kini condong untuk membeli tempat tinggal berupa apartemen di tengah kota dibanding satu rumah tapak sederhana yang berada di pinggiran kota.