Sukses

Pembangunan Benoa Maritime Tourism Hub Jangan Tinggalkan Budaya Bali

Infrastruktur di Benoa Maritime Tourism Hub harus juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat Benoa.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi VI Fraksi PKB Faisol Riza, mengatakan bahwa pengembangan Benoa Maritime Tourism Hub, di Pelabuhan Benoa, Bali, tidak boleh meninggalkan budaya Bali.

Ia pun mencontohkan infrastruktur di Benoa Maritime Tourism Hub harus juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat Benoa yang beragama Hindu seperti untuk upacara Melasti.

"Selamat kepada teman-teman masyarakat Desa Adat Benoa, sudah bisa menikmati fasilitas yang disiapkan oleh pelindo III dan Kementerian BUMN. Kami harap ini bagian rencana besar Pelabuhan Maritim Benoa ini bisa dibangun dengan kualitas yang bagus. Kita sudah sering lihat pembangunan oleh pemerintah sering tidak terjaga kualitasnya," kata Faisol saat ditemui dalam kegiatan tinjauan bersama Menteri BUMN Erick Thohir, di tanjung Benoa, Bali, Jumat (14/2/2020).

Selain itu, Faisol juga mengharapkan bahan baku infrastruktur seperti conblock atau paving block harus berkualitas tinggi. Hal itu untuk menghindari infrastruktur mudah rusak dalam kurun waktu 2-3 tahun setelah diresmikan.

"Harus bisa jaga continuitas sesuai target yang dicanangkan. Tidak lagi membangun terus menerus, rehab lagi. Berapapun dananya kami komisi VI, kalau untuk kemaslahatan pembangunan masyarakat Bali kami akan sepenuhnya," ungkapnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi VI Gde Sumarjaya Linggih, juga mengatakan dirinya bangga mengenai pengembangan Benoa Maritime Tourism Hub ini oleh Pelindo III, yang juga memperhatikan aspek masyarakat Bali, yakni membangun Melasti untuk upacara menjelang Nyepi.

"Tadi malam kita mendapat presentasi dari Dirut Pelindo III, saya melihat di situ ada spirit dan napas Bali sangat kental diadopsi di sana, yang kita selalu dengungkan menjadi jiwa daripada Bali ini, benar-benar terimplementasi pada perencanaan Pelindo III di Benoa ini," kata Gde.

Namun, menurut Gde masih ada yang kurang selain disediakannya Melasti, yakni diperlukan juga Wantilan. Wantilan merupakan jenis bale terbesar dalam arsitektur Bali, yang bisa digunakan banyak orang untuk masyarakat Bali.

Dari segi patahyangannya beliau (Menteri Erick Thohir) sudah tunjukkan pertama dibangun. Adapun ada yang kurang yaitu wantilang, akan segera. Tadi saya bisik-bisik pak menteri juga setuju bahwa kalau ada kekurangan CSR di Pelindo, maka dicarikan di perusahaan lain," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Koordinasi Semua Pihak

Kendati begitu, perencanaan yang sudah disusun sedemikian rupa diusahakan untuk tidak alami kegagalan. Menurut Gde, yang mampu mengagalkan hanya Tuhan. Maka dari itu diperlukan koordinasi antar pihak, agar pengembangan infrastruktur di Benoa ini terwujud.

"Jadi hanya satu yang bisa menggagalkan yaitu yang di atas. Kalau sudah dengan pak menteri radanya apalagi kita bertiga di komisi VI, mudah-mudahan nanti bisa terwujud Wantilan memang diperlukan. Saya orang Bali tahu persis kebutuhannya adalah salah satunya Wantilan nanti barangkali dibantu juga satu," ungkapnya.

Selain itu, Gde juga meminta kepada Menteri Erick untuk memperhatikan aspek ruang terbuka seperti taman, dan tempat untuk pelaku usaha kecil menengah (UKM)-nya."Beliau tadi sempat bicara jangan sampai menjadi konglmerasi semua diambil," jelasnya.

Diakhir Gde menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Erick Thihir, karena menjadi pemikir konsep dari pengembangan Benoa Maritim Tourism Hub ini.

"Saya mengucapkan terima kasih, semoga ini menyebabkan pertumbuhan Bali semakin bagus menyejahterakan masyarakat Bali," pungkasnya.