Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengaku sudah mengantongi beberapa alternatif kebijakan untuk mengantisipasi dampak virus corona ke dalam negeri. Salah satunya adalah memberikan diskon bagi wisatawan-wisatawan asal domestik yang ingin ke tempat destinasi wisata.
"Beberapa kajian ini sedang di finalkan seperti yang disampaikan Bapak Presiden (Jokowi) kemarin mengenai masalah diskon terhadap wisatawan daerah-daerah yang akan terkena dampak langsung karena wisatawan turun sangat drastis," kata dia di DPR RI, Jakarta, Selasa (18/2).
Dia mengatakan untuk meminimalisir dampak dari virus corona pemerintah juga berupaya untuk mendorong konsumsi melalui bantuan sosial.
Advertisement
Selain itu, pihaknya juga tengah melihat secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dan langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam APBN 2020 agar bisa tetap stimulus.
Baca Juga
"Kita sedang mengkaji berbagai hal dalam rangka untuk meminimalkan dampak corona virus maupun pelemahan ekonomi global," tandas dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan memberikan diskon sebesar 30 persen untuk wisatawan asing dan lokal. Hal ini dilakukan untuk memberikan stimulus ke dunia pariwisata Indonesia yang menurun akibat wabah virus corona.
"Saya tadi pagi telah bertemu dengan Menteri Keuangan kemungkinan ini masih kita hitung bersama-sama sore hari ini, untuk memberikan diskon insentif bagi Wisman yaitu 30 persen dari tarif rill. Tapi nanti kita putuskan," ujar Presiden Jokowi usai rapat terbatas di Kantor Presiden, kemarin.
Kendati begitu, dia menyebut diskon wisata akan diberikan selama 3 bulan ke depan sambil pemerintah memutuskan destinasi wisata mana saja yang akan diberikan stimulus. Pemerintah juga berencana memberikan diskon 50 persen untuk travel biro perjalanan.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gara-gara Corona, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Anjlok ke 4,7 Persen
Ekonom Chatib Basri memaparkan bahaya dampak wabah virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi negara bisa anjlok dibawah 5 persen hingga 4,7 persen akibat penyebarannya.
Sebagai langkah antisipasi, dia menghimbau pemerintah untuk bisa belajar dari data historis terkait penyebaran virus SARS yang terjadi pada 2003 silam.
"Jadi yang bisa dilakukan itu adalah melihat pola yang sama ketika terjadinya SARS. Karena kan kita engga tahu corona virus ini pertama terjadi sampai kapan, seberapa jauh, itu kita enggak bisa tahu," ujar dia di Jakarta, Selasa (18/2/2020)}
"Yang kita bisa lakukan adalah (melihat) dari apa yang terjadi daripada kasus SARS, lalu ketika itu terjadi implikasinya pada Indonesia itu apa," dia menambahkan.
Sebagai perbandingan, mantan Menteri Keuangan ini menyebutkan pertumbuhan ekonomi China pada Kuartal I 2003 drop 2 persen dari 11 persen menjadi 9 persen saat virus SARS mewabah. Pelemahan tersebut dapat diperbaiki pada Kuartal II menjadi naik 10 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi China pada Kuartal III-IV 2003 terpantau stabil.
"Jadi kalau lihat di dalam whole year, itu dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi China gara-gara SARS itu mungkin sekitar 1 persen dalam jangka pendek," kata dia.
Chatib memaparkan, berdasarkan sensitivitas perhitungan econometrics, 1 persen pertumbuhan ekonomi China itu berdampak sekitar 0,1-0,3 persen terhadap Indonesia.
"Jadi kalau China turunnya 1 persen, mungkin growth kita bisa turun di kisaran 0,1-0,3 persen. Jadi kalau angka kita terakhir kemarin 5 persen, jadi bisa dibawah 5 persen. Bisa jadi 4,7 sampai 4,9 persen kira-kira range-nya kalau polanya sama seperti SARS," tuturnya.
Advertisement
Virus Corona Berpotensi Gerus Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 0,3 Persen
Pemerintah Indonesia mulai memikirkan lebih serius soal dampak virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian (Sesmenko) Susiwidjono menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia punya potensi tergerus antara 0,11 persen hingga 0,30 persen.
Hal tersebut didasarkan perhitungan pekan lalu, sehingga nanti besarannya bisa berubah sewaktu-waktu.
"Ke kita bisa kena dampaknya 0,11 persen hingga 0,30 persen. China sendiri bisa turun mungkin 1 persen hingga 2 persen," tutur Susiwidjono di Jakarta Pusat, Rabu (12/02/2020).
Namun, Susiwidjono tetap yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai target 5,3 persen tahun ini. Alasannya, meskipun beberapa sektor terpukul cukup hebat, Indonesia masih bisa bertahan dengan memiliki langkah alternatif.
Misalnya saja dalam sektor pariwisata, Indonesia akan memaksimalkan potensi wisatawan domestik (wisdos). Meskipun demikian, tentu ada banyak tantangan, mengingat jumlah pergerakan wisdos tidak akan menutupi potensi kehilangan dari turis China.
Apalagi, turis China dikenal paling royal dalam membelanjakan uang mereka saat berlibur.
"Wisatawan China itu rata-rata spending USD 1.385, lebih besar dari wisatawan lainnya yang kira-kira USD 1.200," ujar Susi.
Dan karena pergerakan manusia dari China lumpuh, sektor penerbangan juga ikut merasakan pahitnya. Tercatat sebanyak reservasi 2,1 juta kursi pesawat dibatalkan.