Sukses

Bank Mandiri Sebar Dividen Rp 16 Triliun

DIviden yang dibagikan Bank Mandiri di tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,2 triliun atau sekitar Rp 241 per lembar saham.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri Tbk menyetujui pengalokasian 60 persen dari laba bersih 2019 atau sekitar Rp 16,49 triliun (sekitar Rp 353,34 per lembar saham) sebagai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menyampaikan, nilai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,2 triliun atau sekitar Rp 241 per lembar saham.

"Penetapan besaran dividen tersebut telah memperhatikan kebutuhan likuiditas Bank Mandiridalam mengembangkan bisnis dan memenuhi ketentuan terbaru regulator, serta sebagai bentuk apresiasi perseroan kepada pemegang saham atas kepercayaan dan dukungannya, sementara sisa 40 persen dari laba bersih 2019 akan digunakan sebagai laba ditahan," jelasnya di Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Menurut Royke, Bank Mandiri membukukan kinerja yang sangat baik pada tahun lalu, dimana laba bersih perseroan secara konsolidasi tercatat sebesar Rp 27,5 triliun atau tumbuh 9,9 persen secara year on year (yoy). Pencapaian tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit konsolidasi yang sebesar 10,7 persen YoY hingga mencapai Rp 907,5 triliun pada akhir tahun lalu.

Dari kucuran tersebut, Bank Mandiriberhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp 59,4 triliun, naik 8,8 persen YoY dibanding tahun sebelumnya. Alhasil, aset perseroan pun terkerek naik 9,65 persen menjadi Rp 1.318,2 triliun pada akhir tahun lalu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

CKPN

Seiring keinginan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan, Bank Mandiri berhasil memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio Non Performing Loan (NPL) gross turun 42 basis poin menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember tahun lalu. Dampaknya, biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pun ikut melandai -14,9 persen YoY menjadi Rp 12,1 triliun.

Royke menuturkan, konsistensi untuk mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dalam ekspansi serta inovasi layanan yang berkelanjutan melalui otomatisasi ataupun digitalisasi menjadi kunci keberhasilan perseroan dalam melewati 2019 yang diwarnai dengan persaingan ketat industri perbankan, serta maraknya usaha pembiayaan berbasis digital.

"Kami menyadari tantangan industri perbankan tahun ini akan semakin kompleks, baik dari aspek likuiditas, keberadaan industri teknologi finansial serta ketidakpastian situasi ekonomi global. Untuk itu, kami akan terus mewaspadai perkembangan ekonomi terkini dan melakukan inisiatif strategis yang diperlukan berdasarkan pertimbangan efektifitas dan efisiensi," kata Royke.