Sukses

Virus Corona Jadi Pukulan Berat bagi Ekonomi Indonesia

Selain sektor pariwisata, sektor manufaktur dan perdagangan internasional juga akan terdampak virus Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui awal 2020 menjadi titik berat bagi ekonomi global. Sebab, mewabahnya virus Corona menjadi ancaman bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Problem sangat cepat virus Corona membuat dinamika hanya sebulan, optimisme lebih baik di 2019 nampak terhantui oleh muculnya masalah virus Corona," kata dia di Kantornya, Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Sri Mulyani mengatakan, imbas dari virus Corona yang mengancam ekonomi China berdampak ke dunia lantaran negeri Tirai Bambu itu memegang porsi yang besar. "Maka terjadi revisi sangat signifikan karena RRT menjadi pusat ekonomi terbesar di dunia," imbuh dia.

Dia menambahkan, sektor ekonomi berpotensi terdampak yakni sektor jasa khususnya pariwisata. Mengingat pasar turis China di Indonesia 13 persen terbesar kedua setelah Malaysia.

Selain sektor pariwisata, sektor manufaktur dan perdagangan internasional juga akan terdampak. Mengingat, 27 persen impor nonmigas berasal dari China, kemudian 16,7 persen pangsa ekspor Indonesia adalah China.

"Dampak lain adalah penurunan aliran foreign direct investment (FDI)," tandas dia

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pelaku Industri di Batam Ketar-ketir Kekurangan Bahan Baku Akibat Wabah Corona

Sebelumnya, dampak dari mewabahnya Virus Corona tidak hanya menganggu  sektor industri di Singapura. Batam sebagai tumpuan investor Singapura juga mengalami kekhawatiran akan berkurangnya bahan baku industri yang diimpor .

Hal itu menjadi keresahan bagi para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri.

Hampir 50 persen bahan baku yang digunakan untuk beroperasi di Batam didatangkan dari China. Sementara, saat ini negara tersebut tengah menjadi sorotan oleh adanya Virus Corona, yang berimbas tutup dan tidak beroperasinya beberapa perusahan yang menyuplai bahan baku.

“Terhentinya operasional dari perusahaan di Tiongkok oleh merebaknya Virus Corona menimbulkan kekhawatiran dan sedikit banyak berpengaruh ke Industri di Batam. Khususnya yang mendatangkan bahan baku dari Tiongkok,” jelas Wakil Koordinator HKI Kepri Tjaw Hoeing saat ditemui di Bidang Marketing Badan Pengusahaan (BP) Batam, Rabu pada (19/2/2020).

Terkait bahan baku, tambahnya, ada beberapa Penanaman Modal Asing (PMA) yang sudah mengeluh terkait terlambatnya pengiriman. 

Mengingat, perusahaan di China libur saat Imlek dan memperpanjang lagi hingga akhir Februari akibat merebaknya virus Corona.

“Dan hal ini akan berpotensi bahan baku kita tak bisa impor dari Tiongkok. Pengaruhnya sangat besar. Kalau bahan baku dari China tak bisa masuk karena shutdown-nya operasional di sana, maka akan potensi masalah besar di produksinya,” katanya.

Sementara, impor dari China rata-rata 50 persen sehingga sangat signifikan. “Antisipasinya yang dilakukan para pengusaha adalah mencari open market atau bahan baku melalui Eropa. Itu alternatifnya untuk sementara,” ujarnya.

Dan jika kondisi ini terus berkelanjutan, bisa dipastikan akan menimbulkan dampak terburuk, yaitu banyak karyawan yang akan dirumahkan.

“Yang kita takutkan shutdown di China itu terus berlanjut. Tapi kita tak tahu ini terjadi atau tidak. Untuk itu, kita harus mencari solusilah. Karena tak hanya Indonesia, globalnya ada China. Jadi bukan masalah Indonesia saja sebenarnya. Dan dampak yang paling terburuknya adalah bakal ada karyawan yang dirumahkan hingga adanya kejelasan terkait bahan baku ini,” terangnya.