Sukses

90 Persen Produk Barata Indonesia Diekspor ke Negara Lain

Produk manufaktur Barata banyak di ekspor ke negara Amerika dan sebagian Meksiko.

Liputan6.com, Jakarta - Industri manufaktur Indonesia terus menurun sejak era reformasi. Dalam 20 tahun terakhir tren penurunan ini sejalan dengan trend defisit neraca perdagangan Indonesia yang makin besar.

Banyak indikasi yang membuat industri manufaktur kian lesu. Salah satunya banyak investasi yang masuk ke Indonesia dalam bentuk paketan. Artinya, investor mengerjakan proyek menggunakan peralatan dan mesin yang didatangkan dari negara asal investor.

"Ini datangnya secara impor utuh," kata Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero), Fajar Harry Sampurno, di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Jumat (21/2).

Kondisi ini dimulai sejak tahun 2000-an. Berbeda dengan masa sebelum reformasi. Industri manufaktur Indonesia pernah mengalami masa kejayaan di tahun 1990-an.

Puncaknya pada tahun 1999-2002 yang berhasil menyumbang PDB sebesar 29,1 persen. Sementara pada 2019 hanya menyumbang 3,66 persen terhadap PDB.

Harry menuturkan dulu ada kewajiban investor yang berinvestasi di Indonesia untuk melakukan produksi di Indonesia. Hal tersebut tak lagi terjadi setelah era reformasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Negara Tujuan Ekspor

Untuk itu dia menginginkan, ada kewajiban bagi investor asing untuk melakukan produksi di Indonesia. Seperti yang dilakukan industri pertahanan, minimal investor melakukan proses produksi 35 di Indonesia. Sehingga, kelebihan produksi yang dibutuhkan bisa diekspor ke luar negeri.

"Ini yang kita harapkan," kata Harry.

Hal itulah yang membuat beberapa pabrik Barata Indonesia banyak yang tutup sejak tahun 2002 lantaran tak ada permintaan. Namun begitu, produk manufaktur Barata banyak di ekspor ke negara Amerika dan sebagian Meksiko. Salah satu produk unggulan Barata yaitu bogie. Hampir 80 persen diekspor ketiga negara tersebut.

"Kita dua minggu sekali ekspor bogie," ucap Harry.

Begitu juga ekspor kontruksi untuk turbin yang banyak di kirim ke Taiwan, Sudan, UEA, Arab Saudi. Hasil produksi Barata 90 persen dikirim ke negara-negara tersebut.

"Semua negara pakai produk Barata, kecuali kita. Indonesia ini lucu," kata Harry mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com