Sukses

Cerita Miliarder 91 Tahun yang Dermawan, Rela Bagi Bonus ke Karyawan Tiap Bulan

Miliarder Pendiri Bob's Red Mill sebagai sosok inspiratif atas kerja kerasnya mendirikan perusahaan makanan gandum.

Liputan6.com, Jakarta Umur yang sudah uzur tak membuat miliarder Bob Moore berhenti mengabdi dan berusaha terus mengembangkan bisnisnya. Moore, yang menginjak usia 91 tahun pada tahun ini, tampak seperti pria yang lebih muda setengah dari usia aslinya.

Ia bersama dengan istrinya, Charlee, adalah pendiri perusahaan tepung gandum utuh dan sereal Bob Red Mill sejak 1978. Hingga kini, dia masih bekerja penuh sebagai Presiden di perusahaan, setelah menyerahkan gelar CEO dua tahun lalu.

"Saya suka bisnis tidak peduli seberapa keras saya harus bekerja. Aku lebih suka melakukan hal ini daripada apa pun, " kata Moore, seperti mengutip CNN Business, Selasa (25/2/2020).

Dedikasi Moore untuk membangun Red Mill Bob selama empat dekade terakhir telah terbayar. Kini perusahaannya mampu menghasilkan 400 produk, yang dijual di seluruh dunia.

Meski tidak diketahui secara pasti pendapatan perusahaan, Bob Red Mill diprediksi menghasilkan lebih dari USD 50 juta atau Rp 690 miliar, untuk penjualan tahunan di 2018.

Perusahaan ini sekarang memiliki hampir 600 karyawan. Angka ini naik tiga kali lipat dibandingkan sejak satu dekade yang lalu.

2 dari 3 halaman

Tonggak Awal Bisnis

Moore masih berusia 49 tahun ketika ia mendirikan perusahaannya. Sebelum mendirikan bisnis, dia sudah menjajaki berbagai karier termasuk pekerjaan menjadi pegawai.

Namun kemudian ternyata dia berminat mengembangkan bisnis produk makanan. Bersama sang istri dia pun bahu membahu memperkenalkan produk dengan filosofi makanan sehat.

Charlee adalah orang pertama yang mendidik Moore tentang manfaat makan makanan sehat. Kemudian bersama dengan ketiga putranya, keluarga tersebut mengadopsi diet gandum utuh pada 1960-an.

Mereka bahkan membeli pabrik kecil di Redding, California, pada awal tahun 1970-an yang diberi nama pabrik tepung Moore.

Di awal usaha, produk tepung produksinya dijual secara lokal. Dua putra mereka masih menjalankan pabrik usahanya hingga hari ini.

Tapi pada 1978, Moore telah memutuskan untuk mengalihkan seluruh bisnisnya. Ia pun pensiun dan memutuskan pindah ke Oregon bersama istrinya untuk mempelajari Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani.

Namun, dalam beberapa bulan setelah itu, saat sedang berjalan-jalan dengan sang istri, dia kembali melihat sebuah pabrik tepung yang dijual. Hal ini pun membangkitkan dirinya untuk berbisnis kembali

"Saya masih bisa mendengar istri saya berkata, 'Saya pikir kita akan membaca Alkitab," kenang Bob Moore.

3 dari 3 halaman

Pentingkan Kesejahteraan Karyawan

Bob's Red Mill tumbuh dengan cepat. Setelah tiga tahun berbisnis, Moore memutuskan untuk memulai rencana pembagian keuntungan bagi karyawannya. 

"Alkitab berkata, bersikaplah kepada kepada orang lain seperti bagaimana Anda ingin diperlakukan," dia mengingatnya.

Dan dia membayangkan jika dirinya adalah seorang karyawan maka pasti menginginkan sepotong keuntungan dari perusahaan.

"Awalnya, pembayaran gaji tidak teratur karena keuntungan yang tidak selalu tinggi," katanya.

Tapi selama 29 tahun terakhir, karyawan Moore telah menerima keuntungan dari perusahaan tiap bulanan, selain gaji rutin mereka.

"Saya ingin semua orang untuk ikut merasakan pembagian keuntungan perusahaan. Ini telah meningkatkan pendapatan mereka dengan baik. Saya lebih bangga akan hal ini dari apa pun, " kata Moore.

Hari ini, karyawan Moore hampir miliki dua pertiga saham dari Bob's Red Mill. Dan rencananya mereka akan meningkatkan pangsa mereka menjadi 100 persen dalam beberapa bulan mendatang.

Selain ingin menghargai kerja keras timnya, yang telah membuat perusahaan sukses, Moore mengatakan dia suka bahwa rencana pembagian keuntungan seperti ini.

"Semakin keras mereka bekerja, semakin banyak yang mereka dapatkan."

 

Reporter : Danar Jatikusumo