Sukses

Dibayangi Wabah Corona, Harga Emas Tembus Level Tertinggi Sejak 2013

Harga emas di pasar spot naik 1,3 persen menjadi USD 1.640,50 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak lebih dari 1,5 persen pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Hal ini karena investor mulai banyak beralih ke logam mulia karena kekhawatiran atas kejatuhan ekonomi global akibat virus corona yang menyebar cepat.

Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot naik 1,3 persen menjadi USD 1.640,50 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 14 Februari 2013 di USD 1.635,98 pada awal sesi. Sedangkan harga emas berjangka AS melonjak 1,4 persen menjadi USD 1.643,2.

Bullion telah naik 3,6 persen sejauh minggu ini, di jalur untuk minggu terbaik sejak awal Agustus.

“Pasar sekali lagi cemas karena wabah koronavirus mungkin menyebar di luar China. Ada sejumlah besar permintaan safe-haven karena perlambatan ekonomi di China, Jepang dan Jerman diperkirakan akan bertahan pada semester pertama tahun ini," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di OANDA.

“Harapan cukup tinggi bahwa bank sentral akan memberikan stimulus secara keseluruhan. Itu akan terus menopang harga emas," lanjut dia.

Korea Selatan telah melaporkan 52 kasus baru, menjadikan total kasus virus corona nasional menjadi 156 kasus. Sementara Jepang melaporkan kematian pertama dari sebuah kapal pesiar yang merupakan kumpulan infeksi terbesar di luar China.

China juga melaporkan kenaikan dalam kasus baru. Peningkatan jumlah yang baru terinfeksi membebani saham di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sektor Manufaktur AS Terdampak Wabah Corona

Aktivitas bisnis AS di sektor manufaktur dan jasa terhenti di Februari karena perusahaan semakin khawatir tentang wabah virus corona.

Data ekonomi yang buruk dari Amerika Serikat cenderung mendorong harapan untuk penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang dari bullion yang tidak menghasilkan.

Di tempat lain, harga paladium turun 0,3 persen menjadi USD 2.681,58 per ons tetapi naik sekitar 10 persen sepanjang pekan ini. Ini mencapai rekor tertinggi USD 2,841.54 pada Rabu, dipicu oleh kekurangan pasokan yang berkepanjangan.

Namun, posisi net-long di paladium telah jatuh ke 6.062 kontrak dalam sepekan hingga 11 Februari, angka terendah sejak September 2018.

Dalam hal teknis, pasar overbought, menunjukkan bahwa tren akan segera berakhir, sehingga spekulan mengurangi posisi net-long mereka di tengah kekhawatiran kemungkinan koreksi ke bawah, kata Peter Fertig, Seorang Analis di Quantitative Commodity Research.

Semantara itu harga perak naik 0,8 persen pada USD 18,50 dan ditetapkan menjadi pekan terkuat sejak akhir Agustus. Platinum turun 0,24 persen menjadi USD 975,53.