Sukses

Proyek Strategis Nasional Bendungan Rukoh Ditargetkan Kelar 2022

Luas keseluruhan Bendungan Rukoh mencapai 858 ha, dengan komposisi lahan hutan produksi seluas 345 ha dan lahan non hutan seluas 442 ha.

Liputan6.com, Aceh - Pemerintah terus mengebut pembangunan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Aceh, Bendungan Rukoh. Bendungan tersebut ditargetkan rampung pada 2022 mendatang.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Kementerian PUPR Djaya Sukarno menyatakan, konstruksi bendungan rukoh kini telah mencapai 10 persen.

"Pembangunan Rukoh sudah sampai 10 persen. Ini masuk ke Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ada lagi bendungan Tiro dan Keureuto (yang juga masuk PSN)," ujar Djaya, sebagaimana ditulis Minggu (23/02/2020).

Adapun menurut data Kementerian PUPR, luas keseluruhan Bendungan Rukoh mencapai 858 ha, dengan komposisi lahan hutan produksi seluas 345 ha dan lahan non hutan seluas 442 ha.

Progress pembebasan lahan untuk bendungan Rukoh sendiri masih sekitar 8 persen, yaitu seluas 71 ha. Tidak ada penolakan dari warga, namun prosedur pengukuran lahan memang memakan waktu yang cukup lama.

Pengerjaan bendungan ini dimulai sejak 2018, tepatnya 31 Desember 2018 (tanda tangan kontrak) dan terdiri dari 2 paket pengerjaan, yaitu Paket 1 oleh PT Nindya Karya dengan nilai Rp 377 miliar dan Paket 2 oleh PT Waskita Karya dengan nilai Rp 1,129 triliun.

Dengan kapasitas 128 juta liter kubik, Bendungan Rukoh nantinya memiliki banyak manfaat untuk daerah sekitar.

"Manfaat dari bendungan ini untuk irigasi lahan seluas 11.950 ha, air baku dengan kecepatan 0,9 m3/detik, kebutuhan listrik hingga 1,22 megawatt serta pencegahan banjir dengan debit air 116 m3/detik," ujar Yulidin, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan 3.

 

 

2 dari 2 halaman

Proyek Bendungan Penangkal Banjir di Aceh Utara Capai 68 Persen

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Keureuto untuk mengurangi risiko bencana banjir di Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Pembangunan bendungan ini merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir di Kabupaten Aceh Utara.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, perubahan iklim menjadi tantangan dalam pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di Indonesia. Pergeseran dan perubahan masa musim hujan dan kemarau, perubahan temperatur, cuaca, serta pola hujan cenderung durasinya lebih pendek namun dengan intensitas yang tinggi sehingga kerap mengakibatkan banjir.

"Untuk itu kita memerlukan banyak bendungan agar risiko banjir dapat dikurangi secara signifikan," imbuh Menteri Basuki dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/2/2020).

Bendungan Keureuto membendung Sungai Krueng Keureuto yang memiliki 6 anak sungai sebagai penyebab utama banjir pada daerah hilir. Dengan kapasitas tampung 215 juta per m3 memiliki manfaat utama untuk mereduksi banjir yang kerap menggenangi wilayah di Lhoksukon sebagai Ibu Kota Kabupaten Aceh Utara.

Pada konstruksi bendungan ini juga disediakan tampungan khusus banjir sebesar 30,50 juta m3 yang mampu mengurangi debit banjir sampai dengan periode ulang 50 tahun. Sehingga total mampu mereduksi banjir seluas 1.225,53 m3 per detik.

Â