Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Haji Umrah Indonesia (Sapuhi) Syam Resfriadi menyatakan, agen umrah yang bernaung di bawah asosiasi yang dirinya pimpin punya potensi kerugian yang besar jika Arab Saudi mengetok palu dan melarang aktivitas umrah di sana.
Terang saja, jumlah jemaah umrah dari Indonesia mencapai 110 ribu per bulannya, atau 1 juta lebih setahun.
Baca Juga
"Dari 110 ribu, 50 ribu-60 ribunya Insya Allah berangkat. Sisanya 50 ribu, ya kalikan saja Rp 20 juta kali 50 ribu," ujar Syam saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (27/02/2020).
Advertisement
Dia menjelaskan, jika diasumsikan satu paket umrah memiliki harga Rp 20 juta, maka potensi kerugian yang bakal ditelan agen-agen umrah secara keseluruhan bakal mencapai Rp 1 triliun per bulan.
Jika pelarangan ini masih berlangsung, nilainya akan terus membesar dari industri akan kolaps dalam waktu yang tidak lama.
"Ya, kalau jangka panjang terus menerus, ya kami nggak beroperasi," kata Syam.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bantuan Pemerintah
Lebih lanjut, Syam mewakili asosiasi agen umrah juga mendorong pemerintah untuk membantu dalam kondisi ini, namun bukan dalam bentuk material.
"Jadi kami minta pemerintah untuk membantu menegosiasikan dengan airline, hotel, karena ini kan bukan salah kita. Ini memang dari kebijakan pemerintah Arab Saudi," jelas Syam.
Advertisement
Arab Saudi Larang Jamaah Umrah Asal Indonesia, Agen Perjalanan Haji Panik
Terhitung mulai Kamis, 27 Februari 2020 Arab Saudi melarang sementara jemaah umrah dari Indonesia. Kabar itu dibenarkan oleh Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementrian Agama, Arfi Hatim.
Tentu saja, pihak asosiasi penyelenggara umrah tidak bisa menolak keputusan ini. Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Haji Umrah Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi tidak membantah bahwa dirinya dan asosiasi lain merasa panik akan hal ini.
"Awalnya dapat kabar ini, itu pukul 5 subuh waktu Indonesia, saat mau cek status umrah, tiba-tiba visa enggak keluar, dan bahkan aplikasi visa terhapus. Tentu kita panik dan ada pengumuman bahwa tiket ditunda," ujar Syam saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (27/02/2020).
Syam melanjutkan, untuk membahas hal ini, pihaknya akan melakukan rapat dengan asosiasi dan penerbit visa untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
"Ini memang baru diterapkan dan tiba-tiba sekali, tanpa sosialisasi dan tanpa memikirkan dampaknya ke tiket, ke hotel," imbuh Syam.
Namun begitu, Syam mengusulkan jika memang calon jemaah umrah tidak dapat berangkat, paket umrah yang sudah diproses tiket pesawat dan hotelnya bisa ditahan dan dijadikan deposit untuk paket berikutnya.
Karena jika dibatalkan, tentu kerugian agen umrah akan sangat besar, mengingat sebulan saja rata-rata jemaah yang pergi mencapai 110 ribu orang.