Sukses

Langkah Menteri Teten Tingkatkan Ketahanan Pangan di Papua

Pelaku koperasi dan UKM akan diprioritaskan untuk mengelola beberapa komoditi seperti kopi, kakao, rumput laut, pala, dan sagu.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menegaskan pihaknya akan terus mendorong ekonomi kerakyatan, terutama di sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Papua Barat dan Papua. Ekonomi kerakyatan ini mampu mendorong ketahanan pangan.

"Selain pengembangan sagu sebagai komoditas utama dalam ketahanan pangan di Papua, saya berharap sagu yang merupakan aqua culture itu menarik untuk tetap terjaga," kata Teten dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (28/2/2020).

Memang, sesudah acara High Level Meeting on Green Investment untuk Papua dan Papua Barat, Teten menyebutkan, pelaku koperasi dan UKM akan diprioritaskan untuk mengelola beberapa komoditas, seperti kopi, kakao, rumput laut, pala, dan sagu.

"Kita mengajukan proposal di dalam focus group disscussion (FGD) antar kementerian dan investor dari luar itu justru adalah model bisnis yang melibatkan pelaku UKM yang sekarang sudah existing," jelasnya.

Kemudian, nantinya mereka akan dimitrakan dengan investor atau offtaker dari luar. "Dengan begitu, sebenarnya ini lebih tepat untuk menjawab masalah di Papua ini. Karena di Papua ini, selain persoalan lingkungan, ada juga persoalan kesenjangan dan juga masalah tanah atau lahan," tegasnya.

Hal itu perlu dilakukan untuk mendorong investasi di Papua. Namun, hal itu jangan sampai menyingkirkan para petani dan para pengusaha kecil yang kebanyakan masyarakat lokal, dan juga, jangan sampai terjadi pelepasan lahan dari masyarakat ke investor.

"Kami sekarang sedang berusaha di sini untuk membicarakan bersama-sama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan para pelaku UKM di sektor komoditas tadi, yaitu di sektor agribisnis aqua culture untuk kita bawa di tempat FGD antar kementerian," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pengolahan dan Pasar

Di samping itu, jika ingin scalling up atas ekonomi masyarakat Papua, harus dipikirkan juga adalah pengolahan dan pasarnya. "Jangan sampai mereka kemudian terbebani lagi atau perekonomiannya tidak berkembang, karena market-nya tidak kita kembangkan juga," ujar Menteri Teten.

Begitu juga dengan potensi ekonomi dari rumput laut di Raja Ampat. Karena, di sana memiliki beberapa kawasan memiliki daerah Karang Cincin yang luas.

Sementara itu, pendiri KSU Tunas Sairei Sorong Charles Tawaru menjelaskan, tingginya kualitas produk rumput laut di sana karena pasang surut air laut terbilang stabil dan tidak pernah kering. Jadi, kawasan Papua amat cocok untuk menanam rumput laut. "Kita pernah ikut pameran dan menjadi juara, karena rumput lautnya sehat dan memiliki kualitas yang bagus," kata Charles.

Menurut Charles, fokus di beberapa wilayah seperti Raja Ampat dan beberapa kabupaten lainnya, adalah mendorong pengembangan koperasi dengan komoditas-komoditas unggulan di wilayahnya masing-masing. Selain sagu, perikanan, dan kelautan, akan dikembangkan juga sektor ekowisata.

"Kebetulan, di wilayah Teluk Cendrawasih ini ada beragam jenis anggrek, itu tempat dimana ditemukannya anggrek hitam, salah satu yang menjadi endemik Papua sempat ikut juara dan juara juga di tingkat nasional," ujarnya.

Selain itu, Papua juga memiliki potensi ikan segar seperti kerapu, ikan asin, dan sebagainya, yang dipasarkan hingga ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. "Bahkan, ada kelompok di pesisir di Raja Ampat ada yang memproduksi cumi kering," ujarnya.

Meski begitu, di depan Menkop dan UKM Teten, Charles mengakui, pemasaran komoditas kelautan dan perikanan di Papua masih menghadapi kendala. Di antaranya, antar wilayah yang berjauhan dan kendala di sektor transportasi.