Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menyatakan bakal menyelesaikan persoalan Loan to Asset Ratio (LAR) atau kredit berisiko perusahaan.
Hingga saat ini kredit berisiko BNI masih tinggi untuk nasabah golongan 3,4, dan 5. Dimana pada tahun 2018 kondisi rasio LAR masih sebesar 8,3 persen dan melonjak sebesar 9,4 persen pada akhir 2019.
Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan pihaknya sudah mendapat dukungan dari Dewan Komisaris dan Serikat Pekerja (SP) BNI.
Advertisement
“Ini angka yang besar dan harus kita bereskan bersama-sama. Komitmen manajemen dan SP yang kuat harus dilanjutkan,” ujar Anggoro di Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Baca Juga
Tidak hanya soal LAR, tantangan lain yang akan diselesaikan manajemen BNI yang baru yaitu mengenai porsi simpanan dana murah (CASA) perseroan yang baru sebesar Rp180 triliun di akhir 2019. Menurutnya angka tersebut masih setengah yang dimiliki pesaing sesama bank BUKU IV.
“Saya yakin kita semua bisa dengan saling bekerja sama. Kalau ingin bertahan kita harus bekerja sama dan memperkuat teamwork yang ada. Kita butuh kepemimpinan berikutnya yang kuat, tidak cengeng, dan memiliki kemampuan enterpreneur yang baik. Ini bisa dikembangkan di SP,” ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dukungan Komisaris
Komisaris Utama BNI Agus Martowardojo menambahkan tantangan pembenahan kredit masih menjadi tugas bersama. Meski begitu, dirinya menyambut baik rencana bisnis bank dengan memiliki visi bank yang unggul dalam layanan dan menjadi the most profitable bank di tahun 2023.
“Tantangan pembenahan kredit ini harus diwaspadai. Rasio dana murah CASA meskipun sudah 66 persen tapi biayanya agak tinggi. Ini juga butuh perhatian kita semua,” ujar Agus.
Selain itu, dia mengaku, pengembangan SDM dilingkungan BNI juga harus dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kinerja dan layanan kepada nasabah.
Aguspun menilai, kinerja BNI sudah maksimal dengan aset di atas Rp600 triliun dan memiliki pertumbuhan kredit yang terbesar. Inisiatif BNI dalam digitalisasi juga sangat dihormati di industri perbankan. Namun juga terdapat tantangan kredit berisiko yang naik jadi 9 persen dan kredit bermasalah NPL yang naik 1,8 persen jadi 2,3 persen.
“Kita harus bekerja sama dan berkomitmen mendukung rencana kerja yang sudah disetujui. Dalam strategi utama kita adalah dengan pengembangan SDM. Kita harus berikan perhatian kepada SP karena sudah kuat dalam mengembangkan SDM selama ini,” kata Agus.
Advertisement
Dukungan Serikat Pekerja
Sementara itu, Ketua Umum SP BNI Irfan Ferdiansyah mengatakan, hadirnya jajaran direksi dan komisaris dalam acara tersebut membuat pihaknya semakin optimistis BNI dapat mencapai target kinerja tahun ini. Begitu juga dengan Komisaris yang baru dipilih, mampu meyakinkan akan memiliki komitmen yang sama kuat dengan direksi.
“Manajemen sebelumnya telah membangun fondasi yang bagus dan berikutnya kami yakin akan lebih baik lagi. Sinergi antara direksi, komisaris, dan pegawai akan menjadi kunci menghadapi tantangan global dan domestik. Tapi kami optimistis target RBB di 2020 akan tercapai,” pungkas dia.