Sukses

Perilaku Warga Bikin Pariwisata Indonesia Kalah dengan Thailand dan Malaysia

kondisi alam Indonesia jauh lebih indah di banding ketiga Malaysia, Singapura dan Thailand.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Agung Kuswandono, mengatakan bahwa industri pariwisata dalam negeri masih kalah bersaing di bandingkan Thailand, Singapura, dan Malaysia. Padahal menurutnya kondisi alam Indonesia jauh lebih indah di banding ketiga negara tersebut.

"Pariwisata kita kalah dengan Malaysia, Singapura dan Thailand. Kalau lihat keindahan alamnya siapa yang bisa mengalahkan indonesia?" Tegas dia di acara peluncuran komik si Juki di Kantornya, Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Ia menduga rendahnya daya saing pariwisata dalam negeri disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara berbagai pihak yang terkait dan perilaku masyarakat yang belum sadar wisata.

"Dan itu yang suka sembarangan buang sampah, tebang pohon, melakukan pembangunan yang sembarangan. Situs dan hutan jadi rusak," imbuh Agus.

Untuk itu pemerintah membentuk Badan Otoritas Pariwisata (BOP) yang diklaim dapat meningkatkan koordinasi antara pelaku pariwisata dan mendongkrak kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

"Makanya di jawab, dengan 10 Bali baru," lanjut nya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menjanjikan bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi pemerintah akan membangun kawasan wisata Bromo dan Semeru.

"BOP untuk Semeru ini draft-nya sudah di Pak presiden (Jokowi)," tandasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pariwisata Global Alami Kerugian Senilai 22 Miliar AS Akibat Virus Corona

Epidemi Virus Corona (COVID-19) yang mematikan akan menelan biaya pariwisata dunia setidaknya AS $ 22 miliar karena penurunan pengeluaran oleh wisatawan Tiongkok, menurut laporan kepala Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia pada Kamis 27 Februari.

Epidemi COVID-19 telah menewaskan lebih dari 2.760 orang, sebagian besar di China, di mana virus tersebut pertama kali muncul pada bulan Desember dan menginfeksi lebih dari 81.000 di lebih dari 45 negara. Demikian seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (28/2/2020).  

"Ini terlalu dini untuk diketahui tetapi WTTC (World Travel & Tourism Council) telah membuat perhitungan awal bekerja sama dengan (perusahaan riset) Oxford Economics yang memperkirakan bahwa krisis akan menelan biaya sekurang-kurangnya US $22 miliar," kata Gloria Guevara kepada harian El Mundo.

"Perhitungan ini didasarkan pada pengalaman krisis sebelumnya, seperti SARS atau H1N1, dan didasarkan pada kerugian yang berasal dari wisatawan Tiongkok yang belum bepergian dalam beberapa pekan terakhir," katanya.

"Orang China adalah turis yang menghabiskan (dana) paling banyak saat mereka bepergian."