Sukses

HIPMI: Virus Corona Bisa Jadi Titik Poin Indonesia Benahi Tata Niaga dan Produksi

Pengaturan antara lain terkait komoditas beras.

Liputan6.com, Jakarta Dampak penyebaran Virus Corona tak hanya mengganggu sektor pariwisata. Kegiatan ekspor-impor juga mulai terimbas dari virus yang berasal dari Wuhan, China dan menyebar ke berbagai negara di dunia.

Wakil Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Eka Sastra menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membenahi tata niaga dan produksi di Indonesia.

"Sebenarnya ini bisa jadi titik poin kita untuk membenahi tata niaga dan produksi," kata Eka di Jakarta Selatan, Sabtu (7/3/2020).

Dari segi produksi beras misalnya. Jika dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, produksi beras di Indonesia kurang efisien. Efisiensi bisa dimulai dari harga sewa lahan yang tinggi.

Kemudian mendorong milenial untuk jadi petani. Sebab, saat ini jumlah petani terus berkurang. "Kita harus benahi sistem produksi kita mulai dari lahan kerja," ucap Eka.

Selain itu, jalur distribusi juga perlu dibenahi. Tata niaga yang lebih terbuka dan transparan harus jadi perhatian penting.

Dalam kegiatan impor, Eka ingin pemerintah lebih terbuka dan mengganti sistem kuota menjadi sistem bertarif. Alasannya, sistem kuota yang ada saat ini terlalu menghabiskan waktu untuk masalah perizinan.

Untuk impor, pengusaha harus memproses izin Rencana Impor Produk Holtikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian. Setelah itu, pengusaha harus kembali mengurus Surat Perizinan Impor (SPI) di Kementerian Perdagangan.

Proses izin ini pun penuh dengan ketidakpastian. Sehingga berdampak pada pelaku usaha dan konsumen. "Kalau kita lihat tata niaga kita (saat ini) kan memelihara 'oligarki' karena ada sistem yang tertutup," ujar Eka.

Menurutnya sistem tarif ini memungkinkan para pengusaha bersaing sehat. Potensi tercipta para pengusaha baru juga semakin tinggi. Cita-cita pemerintah menaikkan kelas pengusaha pun semakin besar.

Dia ingin harga di pasar disesuaikan dengan mekanisme yang terjadi di lapangan. Pemerintah diminta untuk tidak campur tangan dalam menentukan besaran barang yang ada di pasar.

"Kita pakai mekanisme pasar, jangan campur tangan pemerintah. Sehingga mereka (produsen dan konsumen) tidak dirugikan," jelas dia.

Reporter: Anisyah Alfaqir

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Keluh Kesah Pengusaha yang Bisnisnya Terdampak Virus Corona

Pengusaha mengeluhkan bisnisnya yang kian terganggu wabah Virus Corona. Pengusaha yang berkeluh kesah berasal dari sektor pariwisata dan pemilik usaha dengan bahan baku impor.

"Data kami, yang terdampak pariwisata dan pengusaha yang bahan bakunya impor," kata Wakil Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Eka Sastra dalam satu diskusi di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).

Eka menuturkan, jika saat ini kondisi sektor pariwisata sudah lesu. Sementara dari sisi aktivitas impor, terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku produksi. Begitu juga dengan ekspor yang tertahan di beberapa titik.

Mengatasi ini, pengusaha akhirnya mencari pasar ekspor baru ke negara-negara tradisional yang tak terdampak Virus Corona.

Tak hanya itu, beberapa kerja sama perdagangan dengan negara yang terkena suspect covid-19 seperti China, Jepang dan Korea ikut terganggu. Bahkan terpaksa melakukan penundaan transaksi.

"Tentu saja itu sangat mengganggu cash flow dan perencanaan yang kami bangun," kata Eka.

Dalam kondisi ini Eka menilai pemerintah dan semua pemangku kebijakan harus melakukan evaluasi dari sisi produksi dan tata niaga. Dunia usaha mengharapkan sistem kelembagaan yang responsif.

"Harapan kita agar situasi kembali normal sehingga kita bisa mengeksekusi semua rencana dan beberapa kontrak kontrak yang sudah berjalan saat ini," kata Eka.

Reporter: Anisyah Alfaqir

Sumber: Merdeka.com