Sukses

Harga Minyak Dunia Anjlok 30 Persen, Ini Kata Bos Bank Indonesia

Perubahan globalisasi yang sangat cepat juga tercermin dalam perekonomian dunia, seperti pada harga minyak.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia anjlok hingga 30 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut jika perubahan globalisasi yang begitu cepat menjadi penyebab harga minyak dunia jatuh.

Harga minyak dunia diketahui turun menjadi USD 31,02 per barel atau mencapai level terendah sejak Februari 2016.

"Harga minyak turun dari sekitar 60 menjadi USD 30 (per barel). Ini lah contoh-contoh bahwa menurunnya globalisasi begitu cepat," ujar Perry di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Senin (9/3/2020).

Perubahan globalisasi yang sangat cepat juga tercermin dalam perekonomian dunia. Pada awal tahun sempat ada harapan disebabkan oleh meredanya perang dagang Amerika-China. Namun kemudian, melemah akibat penyebaran Virus Corona.

"Globalisasi sudah kita pahami, perang dagang di awal Februari ada secercah harapan, ada sinar sedikit merebak seperti pelangi, tapi begitu baru muncul dan redup kembali karena Corona Virus dan sekarang corona virus menyebar ke AS, Itali, Francis," jelas dia.

Bersamaan dengan merebaknya Virus Corona, ekonomi dunia juga harus menghadapi dampak turunnya harga minyak.

"Dunia sekarang masih menghadapi Corona Virus, malam ini, tadi malam, pagi ini, kita dihentakkan dengan perang oil, perang minyak, yang kemudian harga minyak turun," papar Perry.

Dia menambahkan, untuk menghadapi perubahan globalisasi yang semakin cepat dibutuhkan tiga kunci penting. Dengan menerapkan tiga kunci tersebut Indonesia mampu menciptakan sumber-sumber ekonomi baru.

"Bagaimana kita merespon aspek untuk aspek menurunnya globalisasi dan meningkatnya digitalisasi ini? hanya 3 hal, sinergi, transformasi dan inovasi, these the key riset," jelasnya.

"Kita harus berdaya tahan mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, begitu banyak. 93,4 juta UMKM itu adalah pangsa yang terbesar, itu lah sumber pertumbuhan, itulah sumber ketenagakerjaan," tandasnya.

 

 

Tonton Video Ini

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Anjlok 30 Persen

Harga minyak mentah dunia anjlok 30 persen dipicu kegagalan OPEC mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pengurangan produksi. Ini menyebabkan Arab Saudi memangkas harga karena dilaporkan akan bersiap meningkatkan produksi, dan memicu kekhawatiran bakal terjadinya perang harga.

Melansir laman CNBC, Senin (9/3/2020), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok 30 persen menjadi USD 31,02 per barel, level terendah sejak Februari 2016.

Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate turun 27 persen menjadi USD 30 per barel, level terendah sejak Februari 2016. Harga minyak WTI berada di jalur terburuk harian sejak Januari 1991 selama Perang Teluk.

"Ini menjadi pendekatan drastis dari Arab Saudi, khususnya untuk menangani masalah kelebihan produksi yang kronis," kata John Kilduff dari Capital Again.

Usai sempat turun di awal, kerugian sedikit berkurang. Brent diperdagangkan 24,59 persen lebih rendah menjadi USD 34,14 per barel dan minyak mentah berjangka AS lebih rendah 25,61 persen menjadi USD 30,71 per barel.

Pada Sabtu pekan lalu, Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran harga jual minyaknya untuk April. Negara itu juga dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksinya di atas angka 10 juta barel per hari.

Saudi kini memompa produksi 9,7 juta barel per hari, tetapi memiliki kapasitas untuk meningkatkan hingga 12,5 juta barel per hari.

"Kami melihat perang harga minyak OPEC dan Rusia dimulai akhir pekan ini, ketika Arab Saudi secara agresif memotong harga, di mana ia menjual minyak mentahnya paling banyak dalam setidaknya 20 tahun," kata Analis Goldman Sachs, Damien Courvalin dalam catatannya.

"Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih mengerikan daripada pada November 2014, ketika perang harga seperti itu dimulai. Di mana, kejatuhan permintaan minyak yang signifikan juga karena Virus Corona," tambah dia.

Goldman memangkas prediksi harga minyak Brent pada kuartal kedua dan ketiga menjadi USD 30 per barel, dan harga bisa turun ke posisi USD 20-an.