Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa harga minyak dan pasar minyak dunia saat ini menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dengan sangat serius.
Dalam keterangannya usai lantikan pejabat eselon II dan eselon III di Aula Mezzanine, Kementerian Keuangan, Jakarta pada Senin (09/03/2020), ia mengatakan bahwa Arab Saudi bahkan memberikan diskon harga minyak sebagai respons terhadap gagalnya pembicaraan dengan Rusia.
Baca Juga
"Namun yang mungkin cukup mengagetkan adalah dari Saudi kemudian membuat suatu langkah yang jauh lebih bold, yaitu dengan memberikan diskon harga minyak yang lebih dalam lagi, ini menjadi suatu perang harga," ujarnya.
Advertisement
Sri Mulyani juga menjelaskan dampak harga minyak yang turun dalam kondisi ekonomi yang sedang tertekan justru menjadi salah satu bentuk positif dalam artian tidak membebani.
"Namun ini juga akan menimbulkan suatu ketidakpastian yang lebih besar terhadap capital market terhadap pasar modal gitu ya, sehingga dampak psikologisnya juga akan mempengaruhi dari sisi positifnya yaitu harga energi atau minyak dalam hal ini menjadi relatif murah," imbuhnya.
Untuk diketahui, Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk mendiskon harga minyak mentah dunia sebesar 30 persen menjadi USD 31,02 per barel. Hal itu diputuskan sebagai konsekuensi dari kegagalan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pengurangan produksi minyak mentah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Minyak Dunia Anjlok 30 Persen, Diprediksi Bisa ke Level USD 20 per Barel
Harga minyak mentah dunia anjlok 30 persen dipicu kegagalan OPEC mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pengurangan produksi. Ini menyebabkan Arab Saudi memangkas harga karena dilaporkan akan bersiap meningkatkan produksi, dan memicu kekhawatiran bakal terjadinya perang harga.
Melansir laman CNBC, Senin (9/3/2020), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok 30 persen menjadi USD 31,02 per barel, level terendah sejak Februari 2016.
Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate turun 27 persen menjadi USD 30 per barel, level terendah sejak Februari 2016. Harga minyak WTI berada di jalur terburuk harian sejak Januari 1991 selama Perang Teluk.Â
BACA JUGA
"Ini menjadi pendekatan drastis dari Arab Saudi, khususnya untuk menangani masalah kelebihan produksi yang kronis," kata John Kilduff dari Capital Again.
Usai sempat turun di awal, kerugian sedikit berkurang. Brent diperdagangkan 24,59 persen lebih rendah menjadi USD 34,14 per barel dan minyak mentah berjangka AS lebih rendah 25,61 persen menjadi USD 30,71 per barel.
Pada Sabtu pekan lalu, Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran harga jual minyaknya untuk April. Negara itu juga dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksinya di atas angka 10 juta barel per hari.
Saudi kini memompa produksi 9,7 juta barel per hari, tetapi memiliki kapasitas untuk meningkatkan hingga 12,5 juta barel per hari.
"Kami melihat perang harga minyak OPEC dan Rusia dimulai akhir pekan ini, ketika Arab Saudi secara agresif memotong harga, di mana ia menjual minyak mentahnya paling banyak dalam setidaknya 20 tahun," kata Analis Goldman Sachs, Damien Courvalin dalam catatannya.
"Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih mengerikan daripada pada November 2014, ketika perang harga seperti itu dimulai. Di mana, kejatuhan permintaan minyak yang signifikan juga karena Virus Corona," tambah dia.
Goldman memangkas prediksi harga minyak Brent pada kuartal kedua dan ketiga menjadi USD 30 per barel, dan harga bisa turun ke posisi USD 20-an.
Advertisement