Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menjual salah satu aset PT Asuransi Jiwasraya (Persero) untuk menutup pembayaran utang kepada nasabah. Adapun aset yang dipertimbangkan untuk dijual adalah Mal Cilandak Town Square atau Citos.
Mennaggapi hal itu Ekonom Senior INDEF Faisal Basri, menyebut mending penjualan aset itu dijual kepihak lain, jangan ditawarkan ke sesama BUMN, karena menurutnya BUMN tak perlu mengurus hal seperti itu.
"Saya dengar, Citos masa yang beli harus BUMN juga. Apa urusannya BUMN urusin mal? Udah kesurupan setan apa ini ya? Jadi anti persaingan semua, kalau gini semua mah monopoli," kata Faisal dalam sebuah diskusi di Kantor Pusat ISEI, Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Advertisement
Ia pun semakin bingung dalam memahami pemikiran pejabat-pejabat saat ini, ia menilai banyak pejabat yang berbicara tidak menggunakan akal sehat dalam menentukan keputusan.
Baca Juga
"Apakah pantas BUMN itu memiliki mal? Apa tidak cukup Sarinah saja, kok mengurusi hal-hal tektekbenge seperti ini, apa salahnya, jika saya beli citos dengan harga tinggi, lantas tidak diutamakan tapi dikasih dahulu yang lain," ujarnya.
Hal tersebut, tidak adil bagi masyarakat Indonesia khususnya pihak swasta yang ingin membeli Citos. Menurutnya, dengan menawarkan ke pihak sesama BUMN. Seharusnya tugas negara itu mendorong untuk menyegarkan sektor investasi, yakni bagaimana memberikan Investasi kepada Investor supaya menjadi profesional.
"Kalau saya bisa beli citos mal lebih mahal ga boleh? Saya warga negara punya hak yang sama, dengan mba Hana, saya bayar pajak sama, itu gak bener, kalau saya mengharamkan negara punya mal," tegasnya.
Bukan malah menambah kepemilikan, yang tidak ada hubungannya dengan Agent of Development. "Apa urusannya mal dengan negara saya enggak ngerti, enggak tahu lagi," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tawarkan ke Investor Jepang
Sementara, menurut Faisal jika dijual ke BUMN boleh-boleh saja, namun dana yang diterima akan lama. Berbeda jika dijual ke pihak lain.
"Mba Hana katanya yang mau beli, nah ini kan prosesnya juga lama. Nggak bisa cepat, mesti ajukan dulu ke DPR. Kalau swasta yang bisa beli bahkan lebih mahal kenapa nggak," ungkap Faisal.
Bahkan ia menyebut bisa saja Citos ditawarkan ke investor Jepang, yang mungkin tertarik dengan lokasi Citos, yang letaknya strategis dan dekat dengan MRT. Apabila dibeli investor Jepang, Citos mungkin akan disulap menjadi kawasan terintegrasi.
"Coba itu kan dekat MRT, tawarin orang Jepang mau pasti. Dia bikin kawasan pemukiman atau apa, jual mahal juga mau, atau tawarin aja sekalian ke Sultan Brunei, langsung bayar cash, duitnya langsung dipakai kan bisa," pungkasnya.
Advertisement