Liputan6.com, Jakarta Industri perhotelan dan restoran mengubah target pertumbuhan pendapatan setelah wabah Virus Corona merebak. Semula rata-rata hotel menargetkan peningkatan 10 persen hingga 12 persen.
Namun, setelah munculnya covid-19 diperkirakan pertumbuhannya hanya 5 persen. "Mungkin tumbuh 5 persen, itu pun kalau ada pembalikan," kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariadi B Sukamdani, di Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Penyebaran covid-19 ini sangat menggangu industri pariwisata. Dia mencontohkan travel mart terbesar seperti ITB- Berlin pun terpaksa dibatalkan.
Advertisement
Padahal momen liburan panas tersebut berpotensi menghadirkan berbagai transaksi di sepanjang bulan Mei-September. "Itu pasar orang bertemu dan negosiasi. Itu juga kerugian besar," kata Hariadi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini juga mengatakan organisasinya telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2020.
Semula Apindo memperkirakan pertumbuhan ekonomi di angka 5,2 persen. Tetapi, akibat covid-19, diprediksi pertumbuhan ekonomi merosot diangka 4,5 persen.
"Tergantung kepanikan masyarakat. Kalau terus-terusan bisa sampai 4,5 persen atau kurang," ujar dia.
Apalagi saat ini sudah memasuki bulan ketiga tahun 2020. Tak hanya itu dalam waktu dekat juga masyarakat akan menghadapi bulan Ramadan. "Jadi memang dari sisi target akan berubah," ujarnya.
Reporter: Anisyah Alfaqir
Sumber: Merdeka.com
Sektor Pariwisata Belum Rasakan Manfaat Stimulus dari Pemerintah
Industri pariwisata jadi sektor pertama yang terdampak akibat penyebaran virus corona. Sektor andalan pemerintah ini pun langsung diberikan berbagai stimulus dalam rangka antisipasi terpuruknya bisnis ini.
Salah satunya kebijakan yang diberikan yaitu memberikan diskon harga tiket. Namun stimulus ini dirasa belum memberikan dampak bagi industri pariwisata.
"Stimulus dari pemerintah memang belum berdampak," kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariadi B Sukamandi di Jakarta, Kamis (12/3).
Stimulus itu tidak berdampak lantaran masyarakat keburu panik dengan penyebaran virus corona yang sudah sampai di Indonesia. Apalagi setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga Depok yang positif terjangkit covid-19 pada 1 Maret lalu.
Padahal, stimulus paket pertama yang diberikan pemerintah sudah cocok untuk meningkatkan wisatawan domestik sebagai pengganti wisman asing. Namun, akibat kepanikan yang terjadi, membuat masyarakat enggan bepergian.
Begitu juga dengan stimulus pajak. Hariadi beranggapan hal itu sudah tepat dilakukan pemerintah. Hanya saja pengusaha sektor pariwisata mempertanyakan efektivitas kebijakan tersebut.
"(Stimulus) pajak hotel dan resto sudah bagus, tapi eksekusinya itu kan perlu waktu,"kata Hariadi.
Sehingga kebijakan ini belum terasa bagi perhotelan dan restoran. Sebab, pajak dipungut bukan oleh pemerintah pusat melainkan pemerintah daerah.
"Tidak tahu kapan efektifnya karena memang pajak hotel dan restoran itu dipungut Pemda (pemerintah daerah)," ucap Hariadi.
Dia menjelaskan, stimulus yang diberikan pemerintah konsepnya menggantikan pendapatan dari pajak hotel dan resto yang hilang karena dinolkan. Sehingga jika dilihat dari dampak, tidak terbatas pada 10 destinasi prioritas saja karena Jakarta pun sekarang sudah mengalami kondisi sama.
Advertisement