Liputan6.com, Jakarta Pakar Perilaku Keuangan dan Kepala Perencanaan Kekayaan Global JP Morgan Chaes Michael Liersch, menyatakan jika mengambil pendekatan proaktif merupakan hal yang bijaksana untuk merencanakan keuangan pribadi di tengah waktu yang bergejolak.
Secara umum, orang cenderung mengambil satu dari dua strategi saat pasar tidak pasti. Pendekatan ekstrem cenderung dipilih ketika investor individu terlalu terjebak dalam isu jangka pendek, dan melupakan cakrawala jangka panjang. Â
Advertisement
Baca Juga
Mulailah dengan mengatur emosi. Selanjutnya selalu mengingat tujuan dan sasaran. Meninjau kembali apa yang ingin dicapai, berapa banyak yang harus dimiliki dalam tujuan investasi dan jangka waktu rencana investasi.
Berikut adalah hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum investasi saat pasar bergolak, seperti melansir laman CNBC, Kamis (19/3/2020).Â
1. Memperhatikan Risiko
Setelah mengidentifikasi tujuan dan alasan berinvestasi, mengukur risiko yang perlu diambil untuk mencapai investasi jadi hal penting.
Liersch menyarankan, siap mengambil risiko atau tidak menjadi panduan ke depan. Jika perlu mengambil risiko, artinya risiko berfungsi untuk mengevaluasi portofolia dan juga membangun strategi.Â
Â
Â
2. Lihat Kebutuhan
Jika memiliki kebutuhan arus kas untuk jangka pendek, maka itu memerlukan uang yang didapat dari investasi saat ini. Tetapi jika kebutuhan berlaku untuk jangka waktu yang lama, maka dapat memilih kesempatan yang memberi peluang.Â
"Melihat keseimbangan antara kebutuhan untuk mengambil risiko dan kapasitas untuk melakukannya dapat membantu investor memahami apakah dinamika pasar itu benar-benar relevan bagi mereka atau tidak," jelas Liersch.
3. Pantau Kondisi EmosiÂ
Terakhir, menilai bagaimana perubahan pasar mengubah toleransi pribadi terhadap risiko. Meskipun penting untuk berempati dengan diri sendiri dan mengenali emosi di tengah pergolakan pasar, hal ini seharusnya tidak menjadi prioritas pertama.
Sebaliknya, biarkan tujuan mendorong pengambilan keputusan investasi. "Saya akan mendorong investor untuk selalu terlibat," kata Liersch.
"Daripada menjadikan pasar sebagai titik awal untuk evaluasi, kembali ke tujuan atau sasaran sebagai titik awal," dia menandaskan.
 Reporter : Tiara SekariniÂ
Advertisement