Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Februari 2020 naik 2,24 persen jika dibanding bulan sebelumnya. Ekspor Indonesia pada Februari 2020 tercatat USD 13,94 miliar sedangkan pada Januari 2020 ekspor Indonesia tercatat USD 13,41 miliar.
Sementara jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2020 juga tercatat alami kenaikan 11 persen. Di mana, periode Januari 2019, ekspor Indonesia tercatat USD 12,56 miliar.
Baca Juga
"Nilai ekspor bulan Februari 2020 mencapai USD 13,94 miliar. untuk migas mengalami penurunan sebesar 0,02 persen, non-migas mengalami kenaikan sebesar 2,38 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Yunita Rusanti, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/3/2020).
Advertisement
Menurut sektor, ekspor seluruh komponen hampir mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Di mana sektor pertanian tercatat sebesar USD 0,30 miliar atau naik 0,91 persen secara month to month (mtm).
Kenaikan lainnya juga terlihat dari industri pengolahan yang tercatat sebesar USD 11,03 miliar atau naik 2,73 persen. Kemudian untuk sektor pertambangan dan lainnya juga terjadi kenaikan sebesar 0,53 persen atau setara dengan nilai USD 1,80 miliar.
"Sementara untuk ekspor migas kita turun 0,02 persen secara month to month (mtm) atau tercatat USD 0,82 miliar," tandas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sri Mulyani Sebut Daya Saing Ekspor Indonesia Tak Banyak Kemajuan
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyebut bahwa daya saing produk ekspor Indonesia tidak banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ketika dirinya masih menjadi konsultan di Kementerian Perdagangan (Kemendag) ekspor nasional tidak ada kemajuan.
"Ekspor nonmigas kita sejak saya kerja di LPEM UI dan konsultan Kemendag sampai sekarang menteri, ekspor kita belum banyak berubah, daya saing belum banyak berubah," kata di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Kamis 5 Maret 2020.
Sri Mulyani mengakui memang masih banyak pekerjaan rumah untuk mendongkrak ekspor Indonesia. Dia menyebut, Indonesia tertinggal di saat banyak negara berlomba-lomba untuk menciptakan produk ekspor yang memiliki nilai tambah. Sehingga daya saing ekspor RI tak banyak mengalami peningkatan.
"Berarti kita belum kerjakan homework. Waktu dunia berubah, value added terjadi dengan inovasi teknologi, birokrasi efisien dan semua digital, kita masih hidup tenang di khatulistiwa," canda Sri Mulyani.
Bendahara Negara ini pun mendorong Kemendag agar melakukan inovasi yang bisa mendorong ekspor nasional. Sebab selama ini Indonesia masih sangat mengandalkan sumber daya alam untuk diekspor secara mentah tanpa memiliki nilai tambah yang memanfaatkan teknologi.
Advertisement