Liputan6.com, Jakarta - Petrosea berhasil mencatatkan kinerja keuangan dan operasional yang menggembirakan pada 2019. Hal ini diraih perusahaan di tengah volatilitas harga batubara thermal dan kondisi ekonomi global yang kurang kondusif.
"Pencapaian kami sepanjang tahun di dorong oleh berbagai inisiatif strategis dan upaya transformasi guna memastikan sustainable superior performancePerusahaan untuk tahun-tahun mendatang," ujar Presiden Direktur Petrosea Hanifa Indradjaya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (21/3/2020).
Baca Juga
Pada 2019, perusahaan mencatatkan kenaikan total pendapatan sebesar 2,30 persen dari USD 465,74 juta pada 2018 menjadi USD 476,44 juta.
Advertisement
Selain itu, Petrosea juga mencatatkan USD 31,18 juta laba yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dibandingkan USD 22,96 juta pada tahun sebelumnya, naik 35,80 persen secara year-on-year.
Kontribusi dari lini bisnis Kontrak Pertambangan mencapai 60,25 persen terhadap total pendapatan Perusahaan dengan menggunakan armada yang sangat efisien dan efektif dalam mencapai volume produksi.
Sedangkan kontribusi dari lini bisnis Rekayasa & Konstruksi mencapai 20,50 persen, dan lini bisnis Petrosea Logistics & Support Services mencapai 18,66 persen terhadap total pendapatan Perusahaan.
“Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi kami bahwa inisiatif strategis kami untuk melakukan transformasi kegiatan operasional Perusahaan melalui digitalisasi mendapatkan pengakuan dari dunia internasional, setelah Petrosea dipilih oleh World Economic Forumsebagai satu-satunya perusahaan tambang dan satu-satunya perusahaan milik Indonesia yang masuk ke dalam Global Lighthouse Network,” tandas Hanifa Indradjaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sektor Energi dan Pertambangan Setor PNBP Rp 172 Triliun
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, capaian Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor energi dan pertambangan mineral batubara (minerba) mencapai Rp 172,9 triliun pada 2019.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negra (APBN) 2019 PNBP sektor energi dan pertambangan ditargetkan Rp 214,3 triliun, namun realisasinya mencapai Rp 172,9 triliun.
"Realisasi PNBP 2019 96 persen dari target," kata Arifin, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Menurut Arifin, meski tidak mencapai target realisasi PNBP di tahun 2019 terbesar sejak 10 tahun terakhir. Salah satu penyebab tidak tercapainya PNBP disebabkan oleh harga minyak Indonesia yang rendah.
"ICP dari tinggi patokannya tiba-tiba pada kenyataannya di bawah," tandasnya.
Adapun, realisasi penyumbang PNBP terbesar masih berasal dari sektor minyak dan gas bumi (migas) yang menyumbang Rp 115,1 triliun. Sedangkan sektor mineral dan batubara (minerba) menyumbang PNBP sebesar Rp 44,8 triliun. Sektor Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) menyumbang Rp 1,9 triliun dan hilir migas lainnya menyumbang PNBP sebesar Rp 11,1 triliun.
Dengan realisasi tersebut, maka pada tahun 2020 pemerintah menargetkan PNBP sebesar Rp 181,7 triliun yang berasal dari sektor migas sebesar Rp 127,3 triliun. Kemudian sektor minerba sebesar Rp 44,4 triliun.
Sektor EBTKE sebesar Rp 1,2 triliun, dan sektor lain mencakup iuran badan hilir migas berupa BBM dan Gas Pipa DMO, penjualan data, jasa sewa, diklat, penerimaan BLU dan lainnya sebesar Rp 8,8 triliun.
"Target PNBP 2019 Rp 214, 3 triliun. 2020 sesuai dengan APBN kita targetkan capai Rp 181,7 trilun,"tandasnya.
Advertisement