Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, merebaknya Virus Corona di Indonesia tak membuat invetasi lantas lesu. Dari catatan BKPM, masih ada peningkatan investasi khususnya untuk permohonan Nomor Induk Berusaha (NIB).
"Setelah pengumuman resmi pemerintah, periode 2 sampai 18 Maret 2020, jumlah pemohon perizinan meningkat hingga 240.178," ujar Kepala BKPM Bahlil Lahadalia di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (23/3/2020).
Baca Juga
Adapun jenis perizinan yang dipantau oleh BKPM antara lain registrasi perusahaan, Nomor Induk Berusaha (NIB), Izin Usaha (IU), dan Izin Operasional Komersil (IOK).
Advertisement
Sesuai dengan data pada OSS periode 14 Februari sampai 1 Maret 2020 (sebelum pengumuman Covid-19), jumlah pemohon perizinan yang masuk dalam OSS sebanyak 204.199 perizinan.
"Kenaikan aktivitas tertinggi terlihat pada jumlah pemohon NIB sebesar 18,99 persen yang sebelumnya sebanyak 39.618 NIB menjadi 47.144 NIB," jelasnya.
Sampai dengan saat ini, permohonan perizinan investasi melalui OSS terus berjalan, bahkan cenderung meningkat, khususnya dari sektor perdagangan dan kesehatan.
"Permohonan online terus berjalan termasuk hari Sabtu-Minggu, walaupun jumlahnya nggak sebanyak hari-hari kerja,” ungkap Bahlil.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pantau Investasi di Tengah Pandemi Corona, BKPM Luncurkan Command Center
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan hal ini dibangun untuk mempermudah pusat memantau izin investasi mana saja yang sudah, sedang dan belum diproses secara mudah.
Adapun, command center ini dilengkapi dengan monitor untuk menyajikan data perkembangan investasi secara real time di seluruh Indonesia.
"Jadi sekalipun kami offline, proses kerja BKPM jalan terus, kemudian izin usaha juga keluar. Seperti ini nih, di layar, ada 105 (izin usaha)," kata Bahlil dalam peluncuran Command Center BKPM via siaran langsung, Senin (23/3/2020).
Dirinya memperlihatkan contoh pantauan real time izin usaha sebelum dan sesudah masuknya virus Corona. Sebelum Corona datang, izin usaha paling banyak datang dari sektor perdagangan, yang berada di peringkat 2. Setelah Corona mewabah, izin usaha di sektor kesehatan naik menggantikan posisi izin sektor perdagangan.
Bahlil menyatakan, ini pertama kalinya BKPM menata perkembangan izin usaha dan investasi secara real time dan termonitor. Dirinya juga memerintahkan seluruh kementerian dan lembaga yang memiliki kewenangan izin usaha agar melimpahkan hal tersebut ke BKPM.
"Dengan pelimpahan tugas ini, BKPM berbenah diri untuk memberikan kecepatan, kepastian dan efisiensi bagi para pelaku izin. Dengan sistem sekarang bisa dideteksi mandegnya di kementerian mana," lanjut Bahlil.
Bahlil menegaskan, di tengah kondisi ekonomi yang terpapar dampak Corona saat ini, investasi justru harua ditingkatkan. Dirinya memerintahkan kepada tim BKPM untuk tidak menunda-nunda izin usaha agar investasi berjalan dengan lancar.
"Kami memerintahkan kepada tim BKPM, bila ada pengusaha harus dipercepat, kalau bisa segera dipercepat," ujarnya. 2 dari 3 halaman Investasi China Turun, BKPM Garap Pasar Eropa dan Timur Tengah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (Liputan6.com/Angga Yuniar)Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan investasi yang masuk ke Indonesia merosot akibat penyebaran virus corona dari Wuhan, China. Alasannya, China merupakan negara terbesar kedua yang berinvestasi di Indonesia.
Menanggulangi ini, BKPM melakukan ekspansi investasi ke berbagai negara. Misalnya ke Singapura, Jepang, Korea hingga beberapa negara di Eropa dan Timur Tengah.
"Korea kan tidak semuanya kena, dan lagi bagus (investasinya)," kata Bahlil di Kantor BKPM, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (6/3/2020).
Bahlil mengklaim, saat ini pihaknya sudah mendapatkan investasi dari sebuah negara di Asia. Nilai investasinya mencapai USD 3 miliar sampai USD 4 miliar.
Investasi tersebut nantinya akan membuat smelter hingga tingkat stainless steel. Namun dia masih enggan membeberkan nama perusahaan dan asal negaranya.
Advertisement