Sukses

BI Prediksi Inflasi Maret 2020 di Kisaran 0,11 Persen

Proyeksi inflasi di kisaran 0,11 persen diambil lantaran angka inflasi hingga pekan ketiga bulan ini masih terjaga rendah.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memprediksi angka inflasi di tengah wabah virus corona Covid-19 pada Maret 2020 ini tetap terjaga rendah pada kisaran 0,11 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan, inflasi Maret 2020 yakni sebesar 0.11 persen month to month (mtm) atau 2,98 persen secara tahunan. Proyeksi itu diambil lantaran angka inflasi hingga pekan ketiga bulan ini masih terjaga rendah.

"Berkaitan dengan inflasi, pemantauan kami survey pemantauan harga dari minggu pertama sampai minggu ketiga di bulan Maret ini inflasi terjaga rendah. Sampai dengan inflasi pada bulan Maret ini diperkirakan 0,11 persen month to month atau setara tahunnya 2,98 persen," jelasnya dalam sesi teleconference, Selasa (24/3/2020).

Menurut Perry, proyeksi tersebut seolah membuktikan bahwa stok bahan pokok makanan di tengah pandemi corona saat ini masih tersedia, dan harganya pun terkendali.

"Ini membuktikan bahwa ketersediaan pasokan bahan makanan itu cukup. Terimakasih kepada pemerintah yang terus berusaha baik pusat maupun daerah bersama-sama menyediakan kebutuhan bahan makanan sehingga harga-harga tetap terkendali," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Koordinasi Antar Instansi

Di tengah penyebaran virus corona ini, ia melanjutkan, Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Otoritas Jasa Keuangan terus berkoordinasi erat dalam mengatasi stabilitas moneter maupun mendorong perekonomian guna mengurangi beban masyarakat.

"Berkaitan dari sisi fiskal, kita dengan bu Menkeu (Sri Mulyani Indrawati) terus komunikasi dengan DPR, baik Banggar dan Komisi XI bagaimana stimulus fiskal yang diberikan dapat ditingkatkan agar dampak Covid-19 ke UMKM, masyarkaat dan korporasi bisa dilakukan," ujar Perry.

"Di sektor keuangan, kita juga dengan pak Wimboh dan OJK melakukan langkah-langkah tidak hanya masalah stabilisasi di pasar modal, tapi juga di sisi kredit termasuk penundaan angsuran kredit dan beban biaya perbankan," tandasnya.