Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah dibuka di angka 16.505 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin ini. Menguat dibandingkan dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang berada di posisi 16.575 per dolar AS.
Bank Indonesia (BI) memandang, penguatan rupiah tersebut terjadi lantaran jumlah permintaan dan penawaran berjalan secara baik di pasar valuta asing (valas). Oleh karenanya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun mengapresiasi peran serta eksportir terhadap rupiah di pasar valas.
Baca Juga
"Terima kasih kepada para eksportir yang sudah kemudian memasok dolarnya ke pasar valas, hingga hari ini nilai tukar rupiah bergerak stabil di pasar valas," ungkap Perry ketika sesi teleconference, Selasa (24/3/2020).
Advertisement
Perry juga memastikan bahwa Bank Indonesia akan terus berada di pasar guna memantau secara baik atau mengintervensi stabilisasi nilai tukar rupiah jika diperlukan, baik melalui tunai atau spot melalui Domestic Non Delivery Forward (DNDF) maupun lewat pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
"Sebagaimana kita ketahui, sejauh ini selama tahun ini Bank Indonesia sudah membeli SBN dari pasar sekunder sebesar Rp 168,2 triliun. Ini adalah SBN yang memang dilepas oleh asing," ucap dia.
"Dan kami dari BI melakukan pembelian dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah tidak hanya memasok valasnya, tapi kami juga membeli SBN dari pasar sekunder," dia menambahkan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cadangan Devisa Cukup
Selain itu, ia juga meyakinkan bahwa jumlah cadangan devisa yang dimiliki bank sentral juga terhitung lebih dari cukup untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.
"Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah bagaimana kemudian ke depan berupaya agar menjaga kecukupan cadangan devisa dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah," seru Perry.
Dia pun berharap agar pandemi virus corona bisa segera teratasi, sehingga pergerakan perekonomian dunia dapat membaik. Menurutnya, kepanikan yang terjadi di pasar global saat ini juga sudah mulai agak menurun.
"Meskipun masih tinggi kami akan pantau terus. Di Amerika Serikat, di Eropa juga masih terjadi kepanikan global. Tapi langkah-langkah yang dilakukan, misalnya oleh The Fed di Amerika, kemudian turut menstabilkan rupiah. Kita akan terus memantau seperti itu," tandasnya.
Â
Advertisement