Sukses

Sri Mulyani Siapkan Skenario Tekan Defisit APBN

JIka terjadi pelebaran defisit, maka pemerintah dan Bank Indonesia akan membuka seluruh sektor pembiayaan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengaku tengah membuat skenario pembiayaan baru jika sewaktu-waktu defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 melebar di atas 3 persen. Seluruh instrumen pembiayaan baik konfensional dan non konvensional pun tengah disiapkan pihaknya.

"Nah dari sisi pembiayaan, kita gunakan seluruh sumber pembiayaan konvensional maupun kemungkinan terjadinya sumber non konvensional yang butuh landasan hukum baru. Termasuk dalam kajian kita," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Selasa (24/3).

Sri Mulyani menambahkan jika terjadi pelebaran defisit maka pemerintah dan Bank Indonesia akan membuka seluruh sektor pembiayaan. Baik itu melalui lelang reguler ataupun lewat privat dan sumber lain. Bank sentral Indonesia pun dimungkinkan melakukan pembiayaan SBN di bawah 12 bulan.

"Itu opsi semua kita buka supaya pemerintah punya pilihan apabila defisit meningkat, maka kita memiliki sumber pembiayaan yang aman," kata dia.

Sementara itu, dari sisi multilateral pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan Bank Pembangunan Asia maupun IMF, untuk memberikan kemampuan dukungannya terhadap Indonesia. Pemerintah juga meminta masukan kepada keduanya untuk melihat mana financing terbaik agar indonesia bisa repson dengan biaya sekecil mungkin dan reisiko kecil.

"Bilateral juga diitngkatkan, baik dari negara yang selama ini mendukung maupun kita melihat negara lain gimana atasi financing deficit yang besar," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ada Virus Corona, Sri Mulyani Harap Krisis Ekonomi Tak Terulang Kembali

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengharapkan agar krisis kesehatan yang terjadi di Indonesia akibat Virus Corona atau Covid-19 tidak melebar ke sektor lain.

Meskipun, saat ini seluruh negara-negara di dunia juga tengah menghadapi krisis yang sama akibat penyebaran virus asal China itu.

"Sekarang seluruh dunia sedang menghadapi krisis di bidang kemanusiaan. Yang sedang diupayakan jangan sampai krisis kesehatan ini mempengaruhi sangat dalam pada krisis ekonomi, sosial dan keuangan," kata dia di Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Sri Mulyani mengatakan semua negara tengah menjaga agar krisis corona ini tidak berdampak lebih luas hingga menimbulkan krisis ekonomi. Meskipun adanya virus ini sudah mengakibatkan terjadinya kontraksi ekonomi, tetapi tidak berarti krisis ekonomi sedang terjadi.

Bendahara Negara ini menjelaskan, kondisi serupa pernah terjadi di 2008-2009 lalu akibat krisis keuangan yang merembet ke sektor lain. Untuk itu, seluruh negara saat ini berusaha agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.

"Ini sedang diikhtiarkan, diupayakan seluruh negara G20 dan non G20, agar krisis ini bisa ter-contain atau dicegah pada level masalah kesehatan. Dan sedikit pada masalah ekonominya tapi tidak berkelanjutan," jelasnya.

Menurut dia, terpenting saat ini adalah bagaimana seluruh negara ikut merespon kondisi ini namun tidak saling tumpang tindih kepentingan. Oleh karenanya, para pimpinan negara anggota G20 akan melaksanakan pertemuan darurat untuk bersama-sama merespon kondisi terkini.

"Ini persis tahun 2009 pada saat Presiden (George) Bush mengundang emergency meeting di Washington. Persis situasinya, cuma dulu triggernya krisis keuangan spill over ke ekonomi dan masyarakat, sekarang triggernya sektor kesehartan dan keamanan masyarakat bisa masuk ke sektor ekonomi dan diharapkan tidak masuk ke krisis selanjutnya," pungkas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com Â