Sukses

Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh -2 Persen Gara-Gara Corona

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi berada di kisaran -2 persen hingga 2 persen akibat wabah virus corona.

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran wabah virus Corona di Indonesia yang semakin luas berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mandeg. Lembaga penelitian ekonomi Center of Reforms on Economic (CORE) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran -2 persen hingga 2 persen.

Angka tersebut dapat dicapai jika pemerintah melakukan langkah-langkah yang lebih ketat dalam mencegah penularan virus Corona seperti China.

"Jika pemerintah seperti China, maka puncak tekanan ekonomi diperkirakan akan terjadi di kuartal II, dimana kuartal III dan IV akan masuk masa pemulihan. Dengan skenario paling optimis, CORE memprediksi pertumbuhan ekonomi -2 persen hingga 2 persen," demikian sebagaimana dikutip dari CORE Quarterly Economic Review, Senin (30/3/2020).

Lebih lanjut, kondisi yang buruk mungkin saja terjadi jika penyebaran virus Corona di Indonesia terjadi lebih dari 2 kuartal dan negara-negara yang menjadi mitra utama ekspor Indonesia mengalami hal serupa.

Dalam kondisi tersebut, tekanan permintaan global dan domestik akan semakin berkepanjangan dan peluang ekonomi tumbuh positif bisa sangat kecil sekali.

"Selain itu, pandemi ini juga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Sebagian besar golongan ini bekerja di sektor informal, termasuk mengandalkan upah harian," lanjut ulasan tersebut.

Oleh karenanya, apabila penanganan pandemi virus corona memakan waktu terlalu lama, periode pembatasan pergerakan orang juga akan semakin lama, sehingga nantinya golongan yang bekerja di sektor informal akan kehilangan mata pencaharian dan jatuh ke bawah garis kemiskinan.

2 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Nol Persen Jika Pandemi Corona Lebih dari 3 Bulan

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani membeberkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 2,5 persen bahkan sampai 0 persen jika pandemi covid-19 masih akan berlangsung lebih dari 3 bulan.

Hal tersebut diungkapkannya dalam video-konverensi usai ratas bersama Presiden dengan tema Kebijakan Fiskal & Moneter utk Penanganan Dampak Covid-19 pada Jumat (20/3/2020).

BACA JUGA

Erick Thohir Perintahkan Bank Mandiri dan BRI Terbitkan Obligasi   "Namun apabila masalahnya menjadi jauh lebih berat, seperti tadi durasi dari covid-19nya bisa lebih dari 3 hingga 6 bulan, dan kemungkinan terjadinya lockdown, serta tadi perdagangan internasional bisa drop di bawah 30 persen sampai dengan tadi beberapa penerbangan yang mengalami drop hingga sampai 75 persen sehingga 100 persen, maka skenarionya bisa menjadi lebih dalam. Pertumbuhan ekonominya bisa mecapai di antara 2,5 persen bahkan sampai ke 0 persen," kata dia.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan Kementerian Keuangan telah membuat beberapa skenario terkait penanganan dampak covid-19 baik jangka pendek maupun panjangnya. Mulai dari pedagangan internasional, penerbangan dan hotel, kinsumsi rumah tangga, hingga kesehatan.

"Katakanlah kalau skenarionya, durasi covid-19nya (berlangsung) berapa lama, berapa bulan. Dan kalau kemungkinan terjadinya, pergerakan (orang-orang)yang dipersempit atau bahkan sampai terjadi lockdown, juga kami membuat skenario, seperti kalau perdagangan internasional seperti volume perdagangan dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok), dengan negara-negara lain, penerbangan dan hotel, serta konsumsi rumah tangga terutama untuk konsumsi barang-barang kebutuhan pokok maupun kebutuhan kesehatan," jelas dia.

"Juga kemungkinan terjadinya disterupsi di jumlah tenaga kerja. Seperti terjadinya PHK atau terjadinya peliburan, atau terjadinya pengurangan tenaga kerja," tutur dia.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menambahkan saat ini pihaknya tengah melakukan persiapan berdasarkan kontigensi dari kemungkinan tersebut.

"Bapak Presiden meminta kita membuat skenario itu untuk disiapkan," tandasnya.  

3 dari 3 halaman

BI Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi Cuma 2,5 Persen

Bank Indonesia (BI) merevisi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,5 persen dari 3 persen di 2020. Lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 2,9 persen.

"Kami revisi pertumbuhan ekonomi global pada 2020 menjadi 2,5 persen dari sebelumnya 3 persen," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam siaran pers yang ditayangkan secara virtual di akun Youtube Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (19/3/2020).

Kondisi ini merupakan dampak dari penyebaran cepat virus Corona Covid-19 ke banyak negara di luar China. Akibatnya memberikan tekanan kepada perekonomian dunia.

Sehingga terjadi ketidakpastian yang sangat tinggi dan menurunkan tingkat keuangan global. Menekan banyak mata uang dunia termasuk rupiah.

"Serta memicu pembalikan modal kepada aset keuangan yang dianggap aman," sambung Perry.  

Video Terkini