Liputan6.com, Jakarta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mengkaji pelepasan aset PT Asuransi Jiwasraya dalam rangka pelunasan polis kepada nasabah. Rencana tersebut tengah masuk dalam proses finalisasi.
Direktur Utama Asuransi Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan, Cilandak Town Square atau Citos adalah salah satu aset Jiwasraya yang akan dlepas. Rencananya, Citos akan dijual kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Baca Juga
Meski demikian, dia tidak merinci BUMN yang bersedia mengambil alih mal tersebut. "Citos masih dalam proses dan Citos itu diminati BUMN lain jadi hanya antar BUMN saja. Sekarang masih dalam proses," uhar Hexana di Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Advertisement
"Ini hanya antar BUMN. Kita memakai cara yang paling sederhana saja diberikan pada antar BUMN, jadi tidak dilakukan kepada umum," sambungnya.
Hexana melanjutkan, walau penyelesaian penjualan masih terus berlangsung Jiwasrayasudah menerima uang muka sebanyak Rp1,4 triliun pada 2018.
"Citos masih proses ya kita tunggu saja. Benar Rp 1,4 triliun uang muka yang sudah kita terima sejak lama sekali sejak 2018," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Faisal Basri Haramkan Jiwasraya Jual Citos ke Sesama BUMN
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menjual salah satu aset PT Asuransi Jiwasraya (Persero) untuk menutup pembayaran utang kepada nasabah. Adapun aset yang dipertimbangkan untuk dijual adalah Mal Cilandak Town Square atau Citos.
Mennaggapi hal itu Ekonom Senior INDEF Faisal Basri, menyebut mending penjualan aset itu dijual kepihak lain, jangan ditawarkan ke sesama BUMN, karena menurutnya BUMN tak perlu mengurus hal seperti itu.
"Saya dengar, Citos masa yang beli harus BUMN juga. Apa urusannya BUMN urusin mal? Udah kesurupan setan apa ini ya? Jadi anti persaingan semua, kalau gini semua mah monopoli," kata Faisal dalam sebuah diskusi di Kantor Pusat ISEI, Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Ia pun semakin bingung dalam memahami pemikiran pejabat-pejabat saat ini, ia menilai banyak pejabat yang berbicara tidak menggunakan akal sehat dalam menentukan keputusan.Â
BACA JUGA
"Apakah pantas BUMN itu memiliki mal? Apa tidak cukup Sarinah saja, kok mengurusi hal-hal tektekbenge seperti ini, apa salahnya, jika saya beli citos dengan harga tinggi, lantas tidak diutamakan tapi dikasih dahulu yang lain," ujarnya.
Hal tersebut, tidak adil bagi masyarakat Indonesia khususnya pihak swasta yang ingin membeli Citos. Menurutnya, dengan menawarkan ke pihak sesama BUMN. Seharusnya tugas negara itu mendorong untuk menyegarkan sektor investasi, yakni bagaimana memberikan Investasi kepada Investor supaya menjadi profesional.
"Kalau saya bisa beli citos mal lebih mahal ga boleh? Saya warga negara punya hak yang sama, dengan mba Hana, saya bayar pajak sama, itu gak bener, kalau saya mengharamkan negara punya mal," tegasnya.
Bukan malah menambah kepemilikan, yang tidak ada hubungannya dengan Agent of Development. "Apa urusannya mal dengan negara saya enggak ngerti, enggak tahu lagi," ujarnya.
Advertisement