Sukses

Pemerintah Luncurkan Stimulus Lawan Corona, Bagaimana Nasib Pengusaha?

Untuk mengatasi dampak Corona, pemerintah telah menggelontorkan anggaran tambahan sebesar Rp 405,1 triliun

Liputan6.com, Jakarta - Nasib dunia usaha di tengah pandemi Virus Corona semakin tidak pasti. Tak sedikit toko hingga perusahaan yang memilih tutup bahkan memutuskan memulangkan karyawannya.

Untuk mengatasi dampak Corona, pemerintah telah menggelontorkan anggaran tambahan sebesar Rp 405,1 triliun. Hal ini merupakan tambahan anggaran diluar Rp 158,2 triliun untuk paket stimulus baik jilid I maupun jilid II yang sebelumnya diluncurkan pemerintah.

Namun, seberapa efektif kucuran stimulus tersebut bagi dunia usaha?

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Mardani H Maming menyatakan kebijakan paket stimulus yang sudah diberikan untuk dunia usaha skala kecil dan menengah sudah tepat sasaran.

"Tinggal kontrol dan pengawasannya saja yang diperketat. Nah, pengusaha besar, kami juga butuh relaksasi kredit dan penundaan pembayaran pajak," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (1/4/2020).

Dengan adanya pandemi, lanjut Mardani, perusahaan tidak mendapatkan pendapatan, namun di sisi lain harus tetap membayar beban operasional. Oleh karenanya, relaksasi waktu pembayaran kredit dan penundaan pembayaran pajak akan membantu dunia usaha tetap bertahan.

"Tapi kalau ditanya industri apa saja yang terhantam, ya, semuanya. Semuanya sama-sama kebagian nggak enak," imbuhnya.

Adapun penurunan kinerja industri juga terjadi cukup signifikan terutama di bidang usaha restoran, perhotelan dan pariwisata secara keseluruhan.

"Restoran kawan saya income itu cuma 5 persen semenjak ada Virus Corona. Beberapa bidang usaha nggak sampai 50 persen, bahkan di bawah 25 persen (pendapatannya)," tambahnya.

 

2 dari 2 halaman

Fokus Stimulus

Di sisi lain, Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam menyatakan ada beberapa industri atau bidang usaha yang perlu mendapat perhatian lebih soal stimulus, misalnya industri padat karya, industri yang berorientasi ekspor dan industri yang menyumbang devisa, seperti pariwisata.

"Memang yang paling penting bagaimana stimulus fiskal bisa cepat dieksekusi untuk menjaga daya beli masyarakat, termasuk mereka yang rentan secara ekonomi. Sektor padat karya, berorientasi ekspor, penyumbang devisa, itu (diutamakan)," katanya kepada Liputan6.com.

Hal ini tentunya dikarenakan sektor industri tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Banyak orang yang terancam kehilangan mata pencaharian mereka. Di sisi lain, pengeluaran terus berjalan setiap waktu bahkan tidak memungkinkan untuk bertambah.

Meski demikian, ke depannya pengusaha optimis Indonesia dapat melalui masa krisis dan akan segera bangkit setelah pandemi mereda.

"Optimis, dong, menurut saya Indonesia ini akan bersatu ketika sudah mepet. Masa krisis ini pasti bisa dilewati, memang bukan hanya kita saja yang melewati, dan Indonesia juga sudah berhasil menghadapi krisis sebelumnya, jadi harus optimis," tuturnya.