Â
Liputan6.com, Jakarta Virus corona (Covid-19) dinyatakan sebagai wabah global karena menyebar ke lebih dari 100 negara. Hal itu tentunya berdampak pada perekonomian dunia yang bermitra dagang dengan negara lain, termasuk Indonesia.Â
Baca Juga
Ya, Indonesia menjadi mitra dagang sawit, kelapa, kakao, karet, kopi, teh, lada, pala, cengkeh, kayu manis untuk komoditas perkebunan yang rutin di ekspor ke China. Terkait komoditas perkebunan, Kementerian Pertanian angkat bicara.Â
Advertisement
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono mengatakan bahwa Kementerian Pertanian mengambil langkah cepat, dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan China terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun ini.Â
"Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis. Tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, tapi kami juga akan berupaya mencari alternatif pasar tujuan ekspor," ungkap Kasdi.
Kasdi mengaku pihaknya telah menyiapkan enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia ditengah pandemi Covid-19. Pertama adalah lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk mengupayakan direct export terhadap komoditas yang selama ini di re-ekspor melalui Tiongkok.
"Kedua kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya. Ketiga tentu dengan meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu," beber Kasdi.
Strategi yang empat, lanjut Kasdi, pihaknya akan berupaya meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar, melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.
"Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan China terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun. Untuk mengantisipasi hal ini kami akan dorong peningkatan ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20 persen, Amerika Serikat lima persen. Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik sebesar 10 persen, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan naik lima persen,"Â jelas Kasdi.
Staregi selanjutnya, pihaknya akan berupaya meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk CPO, aspal Karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya. Terakhir adalah optimalisasi pelayanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara Bussiness to bussiness (B to B) dan goverment to goverment (G to G).
Sedangkan untuk ekspor karet di tahun ini, Kasdi mengaku telah memnyiapkan target peningkatan, dan negara alternatif tujuan ekspor karet selain China.
"Kami akan dorong ke Jerman dan Perancis dengan besar kenaikan 10 persen, Amerika Serikat dan Argentina 10 persen, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5 persen, Afrika Selatan hingga 2,5 persen, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan meningkat hingga lima persen," tutup Kasdi.
Â
(*)