Sukses

BI Sudah Keluarkan Rp 114,8 Triliun Demi Stabilkan Rupiah

Bank Indonesia mengaku akan terus berada di pasar demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meyebutkan, sebanyak USD 7 miliar atau setara dengan Rp 114,8 triliun (kurs rupiah 16.410 per dolar AS) dari cadangan devisa digunakan untuk stabilisasi nilai rupiah akibat pandemi Covid-19, yang membahwa perekonomian global pada situasi yang yidak menentu.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat menjelaskan rincian dari cadangan devisa yang mengalami penurunan dalam sebuah video konferensi, Selasa (7/4/2020).

"Sekitar USD 7 miliar itu kami gunakan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, khususnya pada minggu kedua dan ketiga, dimana pada waktu itu terjadi kepanikan global, yang kemudian mendorong para investor global melepas sahamnya, melepas obligasinya," ujarya.

Akibatnya, cadangan devisa menurun pada akhir Maret menjadi USD 121 miliar, dari USD 130,4 miliar pada akhir Februari.

Meski demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berakhir berhasil menguat tajam sore ini. Penguatan tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia (BI) menstabilkan rupiah di tengah gejolak akibat virus corona (Covid-19).

“Alhamdulillah nilai tukar rupiah hari ini menguat menjadi Rp 16.125 per dolar AS, sehingga menguat Rp 255 atau 1,56 persen dari closing kemarin,” kata Perry mebuka konverensi.

2 dari 2 halaman

Senjata BI Stabilkan Rupiah Selain Gunakan Cadangan Devisa

Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan cadangan devisa akibat wabah virus Corona. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 sebesar USD 121 miliar.

Meski turun, cadangan devisa tersebut dianggap cukup untuk membiayai 7 bulan impor dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam video konferensi, Selasa (7/4/2020) mengungkapkan, meski cadangan devisa lebih dari cukup, BI sudah memiliki cadangan lain yang disebut second line of defense guna menjaga nilai tukar rupiah.

Perry menyebutkan, bilateral swap sebagai cara untuk memperkuat cadangan devisa. Menurutnya, bilateral swap antara BI dengan beberapa bank sentral negara sahabat sebagai second line of defense.

"Bilateral swap dengan dengan China sebesar USD 30 milyar. Selain itu juga dengan Jepang sebesar USD 22 ,76 miliar, Singapura USD 7 miliar, dan Korea Selatan sebesar USD 10 miliar," kata Gubernur BI.

Sebelumnya, Perry mengatakan ada dua bentuk kerja sama dengan bank sentral negara sahabat, yaitu bilateral swap lines dan repurchased agreement atau Repo Lines.

"Kerja sama dengan Federal Reserve (The Fed) bentuknya Repo Lines, ini untuk kebutuhan likuiditas dolar AS jika diperlukan," kata Perry.

Menurutnya, kerja sama BI dengan The Fed merupakan Vote of Confident. Sebab, The Fed menilai Indonesia memiliki prospek ekonomi yang bagus. Indonesia, lanjutnya, salah satu dari sedikit negara emerging markets yang mendapat The Fed Repo Lines.

Video Terkini