Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Buruh Internasional (ILO) melaporkan, sebanyak 81 persen dari tenaga kerja global yang berjumlah sekitar 3,3 miliar, atau 2,67 miliar pekerja saat ini terkena dampak penutupan tempat kerja akibat pandemi virus corona (Covid-19). Sementara 1,25 miliar pekerja diantaranya terancam kena pemutusan hubungan kerja (PHK)
"Para pekerja dan dunia usaha sedang menghadapi bencana, baik di perekonomian maju dan bekembang," ujar Direktur Jenderal ILO Guy Ryder dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Kamis (9/4/2020).
ILO memperkirakan, krisis virus corona pada kuartal II 2020 dapat mengurangi 6,7 persen jam kerja di tingkat global, atau setara dengan 195 juta pekerja penuh waktu.
Advertisement
Adapun sektor-sektor yang paling berisiko terdampak pelemahan ekonomi akibat virus corona mencakup layanan akomodasi dan makanan, manufaktur, eceran (ritel), serta kegiatan bisnis dan administratif.
Menurut ILO, wabah virus corona merupakan krisis global terburuk sejak Perang Dunia II. "Ini merupakan ujian terbesar dalam kerja sama internasional selama lebih dari 75 tahun," kata Ryder.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Ancaman PHK
Berdasarkan studi terbaru ILO, sebanyak 1,25 miliar pekerja yang berada di sektor paling terdampak tersebut berisiko terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pengurangan upah serta jam kerja.Â
"Banyak dari mereka berada dalam pekerjaan yang berupah rendah dan berketerampilan rendah, sehingga hilangnya pendapatan secara mendadak menghancurkan kehidupan mereka," ungkap Ryder.
Oleh karenanya, ia mengajak pemerintah di seluruh dunia untuk mencari jalan keluar yang dapat membantu semua lapisan masyarakat global, terutama yang paling rentan atau paling tidak mampu menolong diri mereka sendiri.
"Dengan langkah-langkah yang tepat kita dapat membatasi dampak dan akibat yang ditinggalkannya. Kita harus membangun kembali dengan lebih baik, sehingga sistem kita lebih aman, lebih adil dan lebih berkelanjutan dari sebelum krisis ini terjadi," imbuhnya. Â
Advertisement