Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia merosot lebih dari 10 persen pada hari Selasa. Investor tampaknya tidak yakin bahwa pemangkasan pasokan dapat segera menyeimbangkan pasar yang dihantam oleh pandemi virus corona, meskipun prediksi penurunan produksi shale AS memberikan beberapa dukungan.
Minyak mentah antara West Texas Intermediate AS turun 10,26 persen menjadi USD 20,11 per barel, setelah turun 1,5 persen pada sesi sebelumnya. Harga minyak brent di pasar berjangka turun USD 2,14, atau 6,7 persen, menjadi USD 29,60 per barel setelah naik 0,8 persen pada hari Senin.
Baca Juga
Produsen minyak global di seluruh dunia diperkirakan akan memangkas produksi keseluruhan sekitar 19,5 juta barel per hari, atau hampir 20 persen dari pasokan dunia.
Advertisement
Namun, komitmen itu tidak akan cukup untuk mengurangi kelebihan pasokan di seluruh dunia. Harga minyak turun lebih dari 50 persen tahun ini.
"Dengan perkiraan kehancuran permintaan mulai dari 15 juta hingga 22 juta barel per hari pada April 2020 dan langkah-langkah ini bahkan tidak diberlakukan sampai Mei, kita cenderung melihat perubahan besar dalam jangka pendek untuk harga minyak," kata Nitesh Shah, direktur penelitian di Investasi WisdomTree yang berbasis di New York.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Negara OPEC Sepakat Pangkas Produksi
Sebagian besar pengurangan yang diamanatkan berasal dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +.
Kelompok itu sepakat akhir pekan ini untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari pada Mei dan Juni. Sisanya dari Amerika Serikat, Kanada, dan lainnya, akan datang sebagai sentimen tambahan yang membuat harga minyak lebih rendah.
Akibatnya, pasar fisik di mana minyak mentah diperdagangkan, seperti di Houston atau London, menyarankan harga tidak akan pulih untuk sementara karena masih ada stok.
Produksi AS mulai turun, Departemen Energi mengatakan pada hari Senin, dengan perkiraan produksi turun 200.000 barel per hari pada bulan April, ini juga menjadi sebuah rekor.
Advertisement