Sukses

Derita Industri di Tengah Hantaman Virus Corona

Gelombang PHK secara langsung memberi tekanan terhadap anjloknya pendapatan masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Imbas dari pandemi Corona covid-19 telah meluluh lantakan perekonomian Indonesia. Bagaimana tidak, setelah aktivitas ekonomi mengalami ketidakpastian, banyak perusahaan yang merumahkan bahkan melakukan PHK terhadap karyawan karena cashflow mengalami tekanan.

Menanggapi nasib sektor usaha yang terimbas Corona covid-19, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara menyebutkan terjadi pelemahan yang tajam pada sektor manufaktur.

"Terjadi pelemahan yang tajam pada produksi sektor manufaktur. PMI manufaktur per kuartal I berada di 45,64 persen. Turun dari 51,50 persen pada kuartal sebelumnya dan 52,65 persen pada kuartal I 2019," ujarnya pada Liputan6.com, Kamis (16/4/2020).

Selain itu, gelombang PHK secara langsung memberi tekanan terhadap anjloknya pendapatan masyarakat. Sehingga beberapa bulan ke depan omzet industri makin menurun.

"Cashflow pelaku usaha terganggu karena virus Corona. Sementara tidak semua pelaku usaha dapat keringanan atau penangguhan cicilan kredit. Likuiditas yang ketat berisiko terhadap gelombang PHK yang lebih besar," jelas Bhima.

"Beban ULN meningkat karena pelemahan nilai tukar rupiah. Padahal tidak semua pelaku usaha lakukan hedging atau lindung nilai," imbuhnya.

Sementara itu, menurut Bhima, beberapa sektor seperti farmasi dan obat-obatan banyak mengalami kenaikan permintaan di tengah Corona. Baik permintaan APD, suplemen makanan, vitamin, dan sebagainya.

"Kemudian beberapa sektor tekstil pakaian jadi mampu melakukan penyesuaian dengan cepat dan mengalihkan produksinya untuk membuat APD," ungkapnya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terdampak Corona, Kinerja Industri Pengolahan Merosot di Kuartal I

Kinerja sektor Industri Pengolahan pada kuartal I 2020 mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang berada dalam fase kontraksi, yaitu sebesar 45,64 persen, turun dari 51,50 persen pada tk/lkuartal IV-2019 dan 52,65 persen pada kuartal I2019.

Melansir dari laman Bank Indonesia, Senin (13/4/2020), Penurunan terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI Bank Indonesia, dengan penurunan terdalam pada komponen volume produksi, yang disebabkan oleh penurunan permintaan dan gangguan pasokan akibat covid-19.

 

Secara sektoral, hampir seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada kuarta I 2020 kecuali subsektor Makanan, Minuman dan Tembakau.

Namun demikian, pada triwulan II-2020, kinerja sektor Industri Pengolahan diprakirakan sedikit membaik meskipun masih berada pada fase kontraksi. PMI Bank Indonesia pada triwulan II-2020 diprakirakan sebesar 48,79 persen, meningkat dari 45,64 persen pada triwulan I-2020.

Perbaikan tersebut, utamanya dikarenakan ekspansi volume pesanan barang input dan volume persediaan barang jadi. Sementara itu, volume produksi dan penggunaan tenaga kerja juga membaik meskipun kedua komponen tersebut masih berada pada fase kontraksi.