Liputan6.com, Jakarta - ‎Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyatakan, industri hulu migas terdampak wabah virus corona baru (COVID-19).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, saat COVID-19 mewabah sektor hulu migas dihadapi berbagi tantangan, yaitu penurunan harga minyak hingga sempat menyentuh level USD 23 per barel.
Baca Juga
"Harga minyak turun secara drastis. Saat ini Brent masih USD 28 per barel," kata Dwi, dalam Virtual Conference, di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Advertisement
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus penyebaran COVID-19 juga berdampak pada sektor hulu migas‎. Kebijakan tersebut membuat penghentian operasi terencana untuk perawatan fasilitas (unplan shutdown), program kerja ulang dan perawatan sumur alami kendala, dan penundaan kegiatan pengeboran‎.
Selain itu, Corona juga membuat terhambatnya pengangkutan material proyek dari dalam negeri dan luar negeri, sehingga pengerjaan proyek tidak optimal.
"Inspeksi kinerja peralatan dan fasilitas lebih lama, apabila datangkan pekerja luar juga terkendala apalagi Indonesia sudah tetapkan larangan kedatangan orang dari luar negeri. Lalu mobilisasi pekerja ke lokasi lebih sulit karena perizinan dan waktu karantina," lanjut Dwi.
Menurut Dwi, akibat wabah COVID-19 persetujuan pengurusan perizinan juga memakan waktu lebih lama, kegiatan manufaktur peralatan migas tertunda, serta keterbatasan jumlah personel khususnya di lepas pantai atau offshore.
"Ini membuat produktivitas tenaga kerja migas menurun dan juga engineering," tandasnya.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Daftar Proyek Migas yang Terhambat Imbas Virus Corona
Sebelumnya, munculnya wabah corona di Indonesia, menyebabkan beberapa aktivitas terhambat, baik sektor ekonomi maupun sektor proyek hulu migas. Ditambah lagi dengan adanya pembatasan kegiatan yang berpengaruh pada realisasi kegiatan proyek tersebut.
“Akibat hambatan-hambatan tersebut, progress beberapa proyek hulu migas yang dijadwalkan onstream di tahun 2020 menjadi lebih lambat dibanding rencananya," kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam keterangannya kepada liputan6.com, Jumat (10/4/2020).Â
Misalnya, yang pertama, Progres proyek pengembangan Lapangan Bukit Tua Phase 3 oleh PCK2L lebih rendah, dari target karena rig terlambat masuk ke lokasi.
Kedua, proyek pemasangan kompresor Betung yang dilakukan Pertamina EP SF Aset 2. Proyek yang seharusnya sudah selesai, baru mencapai 69,8 persen karena terkendala oleh FAT, transportasi dan instalasi kompresor karena sebagian sumber daya manusia yang dibutuhkan pada proyek tersebut merupakan warga Malaysia dan India yang saat ini lockdown akibat Covid-19.
Selanjutnya proyek migas yang ketiga, yakni pengembangan Lapangan Cantik oleh Sele Raya Belida juga terhambat akibat penyebaran virus tersebut. Karena proses overhaul gas kompresor terhenti akibat area workshop berada di zona merah, dan adanya pembatasan mobilisasi pekerja oleh pemerintah daerah.
Advertisement