Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan jika maret 2020, APBN mengalami defisit Rp76,4 triliun atau sekitar 0,45 persen PDB.
Defisit tersebut berasal dari pendapatan negara yang hanya tumbuh sebesar 7,7 persen atau sekitar Rp375,9 triliun. Sementara belanja negara lebih besar yaitu sekitar Rp452,4 triliun atau sekitar 17,8 persen dari APBN.
Advertisement
Baca Juga
"Posisi sampai 31 Maret pendapatan negara tumbuh 7,7 persen. Namun ini catatannya langsung saya sampaikan ini tidak berasal dari kegiatan ekonomi," ujar dia melalui Video Conference tentang kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) edisi Maret 2020 di Jakarta, Jumat (17/4/2020).
Sri Mulyani mengatakan, pendapatan negara pada Maret sebagian besar disumbang deviden Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di mana, banyak perbankan BUMN yang mempercepat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
"Pendapatan ini karena adanya pergeseran pembayaran dari deviden BUMN kita. Sehingga ini muncul dalam bentuk PNBP kita melonjak. Ini karena bank-bank BUMN kita melakukan RUPS lebih awal dan mereka membayarkan devidennya pada Maret ini," jelasnya.
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Belanja
Dari sisi belanja, terlihat hanya tumbuh 0,1 persen. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal di antaranya belanja Kementerian dan Lembaga yang mengalami kenaikan cukup tajam Rp143 triliun atau sekitar 11 persen.
"Namun dibandingkan tahun lalu sebetulnya tidak banyak berbeda. Untuk non KL tumbuh 2,2 persen atau Rp134,9 triliun. Sehingga pada Maret kita membelanjakan Rp143 triliun untuk KL dan Rp134,9 triliun untuk non KL. Dua-duanya tumbuh positif," tandasnya.
Â
Advertisement