Liputan6.com, Jakarta - Belum genap 2 bulan wabah corona melanda Tanah Air. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuat tak berkutik hingga memaksa BEI beberapa kali menghentikan aktivitas perdagangan di pasar saham Tanah Air.
Hal ini dipicu oleh mayoritas pelaku pasar saham yang kompak melakukan aksi jual saham untuk menghindari kerugian lebih besar disaat kondisi sulit akibat wabah virus corona.
Baca Juga
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Aviliani, pun mengkritisi aksi yang dilakukan oleh sejumlah pelaku pasar saham tersebut. Sebab, harga saham yang tengah anjlok bukan saat yang tepat untuk bagi investor untuk melepas aset investasi, khususnya saham.
Advertisement
"Seharusnya masyarakat jangan dulu menjual saham. Ini kan momentumnya sedang tidak tepat," tegas Aliviani melalui video conference di akun resmi instagram Indef, Jumat (17/4).
Menurut Aliviani saat harga saham sedang turun justru merupakan momentum emas bagi para investor untuk berinvestasi di pasar saham seoptimal mungkin. Sebab, harga saham yang anjlok merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi masyarakat untuk tetap berinvestasi disaat kondisi ekonomi domestik tengah lesuh.
Kendati demikian justru peluang emas tersebut belum dimanfaatkan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Karena umumnya mereka lebih memilih untuk mengalihkan investasi dalam bentuk uang tunai yang dianggap lebih aman.
"Intinya tidak tepat untuk jual saham," singkat dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Virus Corona Menyebar Masif yang Bikin Pasar Saham Rontok
Sebelumnya, Analis Bursa sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai, pergerakan pasar modal yang kian hari terus melemah masih disebabkan oleh penyebaran Virus Corona yang kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara.
"Ya masih karena Corona. Wabahnya kan kian masif, itu buat pasar modal terganggu juga," ujar Ibrahim kepada Liputan6.com, Senin (9/3/2020).
Tak hanya di Indonesia, pergerakan indeks di kawasan Asia hingga Senin siang juga terpantau melemah. Seperti yang terjadi di Jepang, indeks acuan Nikkei merah 5,67 persen.
Kasus terparah terjadi di Thailand, di mana indeks di The Stock Exchange of Thailand (SET) merosot tajam ke angka 5,85 persen.
Menanggapi situasi tersebut, Ibrahim mengatakan itu masih diakibatkan oleh penyebaran Virus Corona yang sudah mewabah secara global.
"Corona kan sekarang udah menimpa banyak sekali negara. Dan itu pengaruhnya ke bermacam hal, seperti infrastruktur, manufaktur, dan sebagainya," ungkap dia. Â
Advertisement