Sukses

Bank Dunia Sebut Ekonomi Dunia Berpotensi Alami Resesi Lebih Dalam Akibat Corona

Pandemi virus corona menghantui ekonomi global dalam jangka waktu panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan bantuan yang terkumpul untuk mengatasi dampak dari pandemi Corona di seluruh dunia harus diutamakan untuk negara-negara berkembang.

Negara-negara tersebut akan menerima bantuan yang digelontorkan World Bank bekerjasama dengan bank-bank multilateral dan diprioritaskan. Hal ini dikarenakan negara berkembang terhantam paling keras oleh pandemi yang tak kunjung usai ini.

"Kami merespon secara masif kepada negara berkembang, termasuk dalam meningkatkan bantuan finansial dan jaminan-jaminan," ujar Malpass dalam konferensi pers virtual, Jumat (17/4/2020) malam.

Lebih lanjut, Malpass menyatakan fokus program Bank Dunia saat ini berbasis 3 pilar, yaitu menjaga kalangan yang membutuhkan, mendukung dan menyelamatkan lapangan kerja serta membantu negara berkembang mengimplemetasikan operasi darurat untuk memperkuat ekonomi negara.

Karena tak dipungkiri, pandemi ini melukai dan menghantui ekonomi global dalam jangka waktu panjang. Malpass juga menyatakan, tidak menutup kemungkinan dunia akan resesi dan mengalami downturn yang lebih dalam.

Dirinya menekankan kepada seluruh jajaran Bank Dunia dan institusi yang bekerjasama dengan Bank Dunia untuk selalu menyusun rencana menyelamatkan ekonomi yang dapat dilakukan dengan cepat, mencakup secara luas dan dapat langsung dilakukan saat itu juga.

"Kami ingin aksi yang cepat, meluas dan saya ingin menggarisbawahi, ini adalah tugas yang paling penting," katanya.

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani: Negara G20 Bahu-Membahu Atasi Resesi Global Akibat Corona

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa negara-negara G-20 telah sepakat untuk bersama-sama mengatasi resesi yang terjadi akibat pelemahan ekonomi global. Seperti diketahui, ekonomi dunia saat ini diprediksi akan buruk akibat pandemi virus Corona Covid-19.

"(Anggota G-20) bersama-sama akan menggunakan instrumen masing-masing negara maupun mendukung agar trade bisa berjalan dengan baik sehingga ekspor-impor bisa berjalan," kata Menteri Sri Mulyani usai mendampingi Presiden Joko Widodo dalam KTT Virtual G-20, seperti ditulis Kamis (27/3/2020).

Menteri Sri Mulyani mengatakan di Indonesia sendiri pemerintah tengah memperkuat rantai pasokan di sektor perdagangan. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat kondisi perdagangan khususnya ekspor Indonesia.

Menurutnya di tengah situasi saat ini suplai alat kesehatan sangat dibutuhkan oleh negara-negara lain. China sendiri tengah memperkuat produksi alat kesehatan untuk disuplai ke negara-negara terdampak.

"Indonesia yang memiliki kapasitas produksi alat kesehatan juga akan melakukan percepatan sehingga memungkinkan terjadinya suplai chain," kata dia.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan, Indonesia sendiri telah merespons kondisi pelemahan ekonomi global dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Hal itu dilakukan agar ekonomi domestik tidak tertekan lebih jauh akibat adanya virus Corona.

"Untuk Indonesia kita akan lakukan instrumen bersama-sama dengan BI, OJK dan seluruh instrumen di bidang ekonomi," kata dia.

3 dari 3 halaman

Relaksasi

Untuk meminimalisir dampak buruk dari penyebaran virus Corona ke ekonomi Indonesia, pemerintah sudah merelaksasi kebijakan moneter dan fiskal. Di mana saat ini sedang memfinalkan berbagai paket stimulus ekonomi.

"Saat ini kami sedang memfinalkan seluruh paket yang sudah disampaikan beberapa pihak dan KL pemda, untuk bisa formulasikan kebijakan fiskal yang tepat termasuk paket ketiga dan keseluruhan untuk bisa dukung penanganan covid-19," kata dia.

Di sisi lain pemerintah juga berencana untuk melebarkan defisit APBN. Hal itu dilakukan untuk menekan dampak buruk dari mewabahnya virus corona.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com  

Video Terkini