Sukses

Miliarder Pemilik Maskapai Virgin Group Minta Pinjaman Pemerintah demi Bertahan

Tercatat lebih dari 70.000 orang bekerja di Virgin Grup yang tersebar di 35 negara.

Liputan6.com, Jakarta Miliarder dunia asal Inggris Richard Branson mengatakan, perusahaan penerbangan miliknya di Amerika Serikat dan Australia sulit bertahan dari dampak krisis akibat Virus Corona tanpa dukungan pemerintah. Maskapai Virgin Group dikatakan kekurangan sumber daya keuangan untuk melewati pandemi.

Melansir laman Bloomberg, Senin (20/4/2020), Branson mengungkapkan curahan tentang kondisi perusahaan melalui sepucuk surat yang ditujukan kepada staf melalui postingan online. Seraya mengatakan dia melakukan segala upaya untuk menjaga keberlanjutan Virgin Atlantic Airways Ltd. 

Meski demikian, perusahaan membutuhkan pinjaman komersial yang didukung Pemerintah Inggris untuk mengatasi krisis. "Sementara Virgin Australia saat ini berjuang untuk bertahan hidup," ujar dia.

Tercatat lebih dari 70.000 orang bekerja di Virgin Grup yang tersebar di 35 negara. Itu sebabnya, pengusaha penerbangan flamboyan ini berjuang meyakinkan pemerintah untuk bersedia menyelamatkan bisnisnya.

Diketahui bila Pemerintah Inggris belum memutuskan permohonan Virgin Atlantic yang berisi permintaan bantuan hingga ratusan juta poundsterling.

Sementara untuk Virgin Australia Holdings Ltd, pemerintahan di Canberra mengatakan tidak bisa memberikan bantuan, seperti dilaporkan Australian Financial Review.

Branson selama ini dikenal dengan gaya hidupnya dan dituding meninggalkan Inggris berkaitan dengan pajak. Branson pun menuai kritikan terkait ini.

Namun dia membantah dengan mengatakan jika meninggalkan Inggris bukan karena alasan pajak, tetapi jatuh cinta dengan keindahan Kepulauan Virgin Inggris. Ini merupakan sebuah wilayah luar negeri Britania Raya di kawasan Karibia, sebelah timur Puerto Riko.

 

 

2 dari 2 halaman

Kondisi Bisnis

Dia mengaku tidak pernah mengambil keuntungan besar dari Virgin Group. Dia malah memilih untuk mengumpulkan uang untuk dimasukkan ke bisnis baru, seperti usaha pariwisata ruang angkasa Virgin Galactic Holdings Inc.

"Saya telah melihat banyak komentar tentang kekayaan bersih saya, tetapi itu dihitung berdasarkan nilai bisnis Virgin di seluruh dunia sebelum krisis ini, bukan sebagai uang tunai di rekening bank yang siap ditarik," katanya.

Branson telah berkomitmen untuk menyuntikkan USD 250 juta untuk menyelamatkan bisnis perusahaan. Dalam suratnya disebutkan suntikan sebagian besar ditujukan buat Virgin Atlantic.

"Tetapi dengan tidak ada uang masuk dan banyak yang keluar, suntikan itu sendiri tidak akan cukup," tegas dia.

Secara keuangan, Virgin Australia mencatat kinerja paling kritis, dengan utang lebih dari 5 miliar Dolar Australia (USD 3,2 miliar) pada akhir 2019.

Branson sekarang hanya memegang 10 persen saham operator maskapaiyang berbasis di Brisbane tersebut. Lebih sedikit dibandingkan dengan 51 persen kepemilikan sahamnya di Virgin Atlantic.

Virgin Australia telah meminta pemerintah untuk memberi pinjaman 1,4 miliar Dolar Australia, dapat dikonversi menjadi ekuitas, sebagai dana untuk melalui krisis.