Liputan6.com, Jakarta - Sejarah baru di sektor minyak dan gas (migas). Kontrak berjangka untuk harga minyak mentah Amerika Serikat (AS)turun lebih dari 100 persen dan berubah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah pada perdagangan Senin. Hal ini menunjukkan seberapa turunnya permintaan minyak dunia akibat dari pandemi Corona.
Namun para pedagang mengingatkan bahwa runtuhnya harga minyak ke level negatif ini tidak mencerminkan kenyataan sebenarnya di pasar minyak. Harga kontrak berjangka yang turun hingga negatif ini untuk pengiriman Mei yang kontraknya akan berakhir pada perdagangan Selasa. Sedangkan untuk kontrak bulan berikutnya masih diperdagangkan di atas USD 20 per barel.
Mengutip CNBC, Selasa (21/4/2020), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun lebih dari 100 persen menjadi menetap di negatif USD 37,63 per barel, yang berarti produsen akan membayar pedagang untuk mengambil minyak dari tangan mereka.
Advertisement
Harga negatif ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk kontrak berjangka. Kontrak berjanhka minyak WTI untuk pengiriman Juni, yang berakhir pada 19 Mei, turun sekitar 18 persen menjadi USD 20,43 per barel. Kontrak ini, yang lebih aktif diperdagangkan, merupakan cerminan yang lebih baik dari kenyataan di pasar minyak.
Untuk kontrak Juli turun 11 persen ke level USD 26,18 per barel.
Sedangkan patokan internasional, minyak mentah Brent, yang telah bergulir ke kontrak Juni, harganya turun 8,9 persen ke level USD 25,57 per barel.
Harga minyak untuk kontak Mei jatuh dalam karena pengiriman banyak dibekukan akibat lockdown sebagai dampak dari pengendalian virus Corona.
Satu-satunya pembeli minyak berjangka untuk kontrak itu adalah entitas yang ingin secara fisik menerima pengiriman minyak seperti kilang atau maskapai penerbangan. Tetapi permintaan telah turun dan tangki penyimpanan diisi, sehingga mereka tidak membutuhkannya.
Â
Pasokan Masih Banyak
Analis RBC Capital Helima Croft menjelaskan, masih banyak pasokan minyak mentah saat ini sedangkan kilang-kilang juga tidak membutuhkan tambahan. "Saat ini kami belum bisa memprediksikan harga minyak dalam waktu dekat," jelas dia.
Pandemi virus Corona telah memberikan pukulan hebat bagi aktivitas ekonomi di seluruh dunia dan melemahkan permintaan akan minyak. Sementara OPEC dan sekutu telah menyelesaikan perjanjian bersejarah awal bulan ini untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari mulai 1 Mei.
Banyak yang berpendapat bahwa pemotongan produksi tersebut masih tidak akan cukup untuk mengimbangi jatuhnya permintaan.
Badan Energi Internasional memperingatkan dalam laporannya bahwa permintaan pada April bisa 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu, mencapai tingkat yang terakhir terlihat pada 1995.
"Masalah sebenarnya dari ketidakseimbangan pasokan-permintaan global telah mulai benar-benar terwujud dalam harga," kata analis Rystad Energy Bjornar Tonhaugen kepada CNBC. "Karena produksi terus berjalan dan kilang mulai terisi penuh dari hari ke hari." kata dia.
Advertisement