Sukses

Nilai Tukar Rupiah Tertekan Sentimen Penurunan Harga Minyak Dunia

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.500 per dolar AS hingga 15.580 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Pelemahan rupiah ini karena terpengaruh penurunan harga minyak dunia.

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/4/2020), rupiah dibuka di angka 15.506 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.412 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 15.580 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.500 per dolar AS hingga 15.580 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 12,36 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.643 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.543 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah Selasa pagi terkoreksi seiring harga minyak dunia yang anjlok. "Sentimen negatif membayangi pergerakan harga aset berisiko pagi ini. Indeks saham Asia terlihat tertekan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Menurut Ariston, tertekannya aset berisiko karena penurunan harga minyak AS untuk kontrak Mei yang akan kadaluwarsa hari ini. Pada perdagangan semalam, harga minyak turun di bawah nol dolar AS karena banyak trader menolak menerima pengiriman minyak fisik akibat tidak adanya tempat penyimpanan yang kosong.

"Penurunan ini mengindikasikan ekonomi global masih tertekan karena wabah corona, sehingga kebutuhan minyak mentah sebagai sumber energi jauh berkurang," ujar Ariston.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun hingga ke zona negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Produsen minyak Amerika telah kehabisan tempat untuk menampung minyak akibat kelebihan suplai yang disebabkan turunnya permintaan akibat terdampak pandemi.

Harga penutupan kontrak berjangka WTI periode Mei 2020 minus 37,63 dolar AS per barel pada perdagangan kemarin. Namun sudah kembali rebound ke zona positif 0,46 dolar AS per barel pagi ini.

Sementara untuk harga kontrak berjangka WTI Juni 2020 berada di level 21,46 dolar AS per barel. Harga minyak Brent ikut melemah 8,9 persen ke level 25,57 dolar AS per barel.

Ariston memperkirakan nilai tukar rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran 15.350 per dolar AS hingga 15.550 per dolar AS.

2 dari 2 halaman

Rupiah Ditutup Menguat Usai S&P Pertahankan Peringkat Utang Indonesia

Sebelumnya, nilai tukar Rupiah masih melanjutkan tren positifnya terhadap Dolar AS hingga Senin sore (20/4). Dikutip dari Bloomberg, mata uang garuda meroket hingga 52 poin ke level Rp 15.412 per USD.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, faktor eksternal masih menjadi dalang utama tren positif penguatan nilai tukar Rupiah ditengah pandemi virus covid-19, setelah lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) Global Rating mempertahankan Sovereign Credit Rating atau peringkat utang Indonesia tetap BBB/A-2.

Dalam laporannya S&P juga menurunkan prospek (outlook) utang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi negatif. Setelah melihat adanya peningkatan risiko seperti posisi eksternal Indonesia yang mulai melemah akibat melebarnya budget defisit yang ditetapkan menjadi 5,07 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Namun, penurunan rating tersebut masih cukup bagus buat pasar obligasi dalam negeri sehingga arus modal kembali masuk ke pasar valas dan obligasi. Ini mengindikasikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup bagus ditengah wabah corona," kata Ibrahim melalui sambungan telepon, Senin (20/4/2020).

Selain itu, adanya rencana pembukaan lockdown atau karantina wilayah yang diusulkan Presiden Donald Trump demi perbaikan ekonomi AS ikut memberi sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah di pasar spot. Bahkan mata uang garuda diprediksi kembali menguat di level Rp 15.320 hingga Rp 15.500 per USD pada Selasa (21/4).

Mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia terbilang cukup gemilang di tengah ancaman virus asal kota Wuhan. Setelah pemerintah menggelontorkan berbagai paket stimulus untuk menggairahkan ekonomi nasional.