Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus (Stafsus) Menteri Keuangan Masyita Crystalin mempertanyakan prediksi Lembaga Moneter Dunia (IMF) baru-baru ini yang meramal pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi 3 persen akibat wabah virus corona (Covid-19) pada tahun ini.
Menurut dia, asumsi tersebut masih belum begitu berdampak pada Indonesia dengan berbagai catatan. Seperti data konsumsi yang relatif baik pada kuartal I 2020, dan data perdagangan yang masih surplus tipis pada 3 bulan pertama tahun ini.
Baca Juga
Sebuah pengecualian ia tujukan bagi nilai investasi yang melemah di kuartal pertama 2020. Namun, Masyita mengatakan angka investasi memang sudah melemah sejak 2019 lalu.
Advertisement
"Jadi perekonomian Indonesia kalau kami estimasikan masih berada di atas 4 persen. First quartal mungkin masih di 4,5 persen," ujar dia dalam sesi bincang online bersama Katadata, Jumat (24/4/2020).
Di sisi lain, Masyita sepakat dengan skenario IMF dan Bank Dunia ke depan, dimana pertumbuhan ekonomi akan anjlok pada kuartal II 2020, untuk kemudian tak ada kemajuan di kuartal berikutnya, dan baru melonjak pada kuartal akhir tahun ini.
"Akan tetapi kita juga harus mengakui bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi ini kita sebetulnya belum tahu pasti kapan pandeminya akan berakhir. Tapi seluruh internasional organisasi, IMF, world bank, itu masih mengasumsikan recovery-nya 2020 turun drastis, 2021 naik pelan-pelan," bebernya.
Â
Skenario Indonesia
Oleh karenanya, ia menilai perekonomian negara harus bersiap-siap untuk berbagai jenis penyelamatan dalam melawan wabah virus corona. Terutama jika penyebaran pandemi tersebut terus memanjang di luar perkiraan.
"Kita tampaknya sudah memasuki skenario berat, tahun ini overall GDP di 2,3 persen. Dalam kondisi yang buruk kita perkirakan GDP kontraksi tapi belum terlalu besar, dengan asumsi domestic demand masih cukup menjaga yakni di -0,5 persen," tuturnya.
Advertisement