Liputan6.com, Jakarta Dampak penyebaran Covid-19 merembet ke banyak sektor, salah satunya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Ya, UMKM ikut terpukul seiring penjualan produk yang kian melemah, kondisi itu dirasakan salah satu pelaku usaha mikro yaitu Evi Ekasari.
Evi Ekasari, perempuan berusia 35 tahun ini memiliki usaha tempe kecil-kecilan di daerah Sunter Jaya, Jakarta Utara. Usaha berjualan tempe dilakoni Evi dan suaminya sejak 2006. Dia mengaku, pandemi saat ini mempengaruhi kelangsungan bisnis karena pendapatan yang diperoleh dari usaha tempe tersebut terus merosot.
"Adanya pandemi membuat usaha turun sampai 30 persen. Pelanggan yang biasanya beli jadi berkurang karena masih pada libur (kerja) juga," ujar Evi di Jakarta, baru-baru ini.
Advertisement
Saat usaha tempe sedang lesu, Evi dan keluarganya mendapatkan cobaan tatkala suaminya jatuh sakit. Hal ini membuatnya harus menjalankan usaha tempe tersebut seorang diri, tanpa bantuan karyawan satu pun.
Di tengah menghadapi kesulitan, Evi mendapatkan sebuah kemudahan berupa keringanan pembayaran kredit bagi para pelaku usaha UMKM yang terdampak Covid-19.
Menurut wanita asal Jawa Tengah ini, keringanan membayar angsuran selama setahun yang didapatnya sangat membantu keadaannya sekarang ini. Evi menjadi debitur kredit mikro BRI saat dia mendapatkan pinjaman untuk modal pengembangan usaha.
"Adanya relaksasi ini adalah yang terbaik untuk saat ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah melalui BRI yang telah memberikan keringanan kepada nasabah, khususnya nasabah yang seperti saya," ujar Evi yang menjadi nasabah BRI sejak dua tahun terakhir.
Syarat Relaksasi Kredit
Untuk mendapatkan keringanan tersebut, Evi menghubungi Kantor Cabang BRI di Cempaka Putih Jakarta guna pengajuan relaksasi kredit. Menurutnya, proses pengajuan keringanan kredit sangat mudah, hanya membutuhkan identitas KTP dan wawancara. Dengan relaksasi yang diperolehnya, Evi mengaku memiliki cukup waktu untuk mengumpulkan dana agar dapat membayar angsuran pada tahun berikutnya.
"Insya Allah untuk tahun depan saya akan tetap membayar angsuran, karena tahun ini saya akan menabung.”
Ibu dari dua orang anak ini menjelaskan sebelum wabah Covid-19, pendapatan dari usaha tempe sangatlah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebelum pandemi Corona melanda, pendapatan Evi dari usaha tempe sebesar Rp2-Rp 3,5 juta per hari. Namun saat ini dia hanya memperoleh setengahnya saja.
Evi menceritakan pinjaman kredit mikro yang dulu diperolehnya dari BRI sangat bermanfaat untuk membantu usahanya berkembang. Awalnya usaha dagang tempe ditekuni oleh sang suami, dan Evi hanya membantu proses produksi tempe di rumah.
Modal awal usaha sekitar Rp1 juta mereka peroleh dari pinjaman orang tua suami. Saat usaha berjalan lancar, Evi dan suami bisa memproduksi tempe sekitar 1 kwintal kedelai dan menggaji satu orang karyawan.
"Saya sangat senang dapat relaksasi ini, harapan saya bisa ditambah keringanannya," tutup Evi.
(*)
Advertisement