Sukses

Di Bawah Prediksi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2020 Hanya 2,9 Persen

Pandemi virus corona (Covid-19) jadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi besar.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 hanya 2,97 persen. Pandemi virus corona (Covid-19) jadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi negara terkontraksi besar.

Angka tersebut juga jauh di bawah prediksi pemerintah sebelumnya, yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih berada pada kisaran 4 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pencapaian tersebut juga mengalami kontraksi baik secara year on year yang sebelumnya sebesar 5,07 persen (kuartal I 2019) dan quartal to quartal (q to q) yang sebelumnya 4,97 persen (kuartal IV 2019).

"Dibanding kuartal IV 2019, pertumbuhan ekonomi indonesia mengalami kontraksi 2,41 persen. Jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020 2,97 persen," jelasnya saat video conference, Selasa (5/5/2020).

"Pergerakan ekonomi q to q juga mengalami perlambatan yang cukup dalam. Kuartal I 2019 masih 5,07 persen. Maka di kuartal I 2020 pertumbuhannya 2,97 persen," dia menambahkan.

Mengacu catatan tersebut, Suhariyanto coba mewajar sebab perekonomian global sejak akhir 2019 lalu memang telah terganggu akibat wabah pandemi Corona.

Begitu juga dengan pergerakan ekonomi nasional, dimana harga komoditas seperti migas dan hasil tambang juga mengalami penurunan.

"Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia terpengaruh Corona Covid-19," ujar Suhariyanto.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Capai 4,5 Persen

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama atau kuartal I-2020 berada 4,5 persen. Menurutnya angka ini masih cukup lebih, bandingkan beberapa negara besar yang mengalami kontraksi lebih buruk akibat virus Corona.

"Pertumbuhan kuartal I 2020 kita antara 4,5 dan 4,7 persen," kata dia dalam rapat virtual dengan Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, pada Senin 4 Mei 2020.

Menteri Sri Mulyani menyebut data sampai dengan minggu kedua pada bulan Maret 2020 sebelum diumumkan adanya virus corona di Indonesia masih menunjukkan denyut ekonomi yang positif. Namun, terjadi kontraksi didua minggu selanjutnya.

Bendahara Negara ini menambahkan, beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dikisaran 4,5 dan 4,7 persen tersebut bisa dilihat dari beberapa komponen. Di mana, investasi langsung pada kuartal I-2020 pertumbuhannya mencapai 8 persen.

Adapun realisasi investasi kuartal I-2020 sebesar Rp210 triliun atau, 23,7 persen dari target 2020. Jumlah itu ditopang PMDN sebesar Rp112,7 triliun atau tumbuh 29, persen dan PMA sebsar Rp89 triliun.

Sementara ekspor pada pertumbuhan kuartal I-2020 juga masih mengalami pertumbuhan meskipun inpor terjadi kontraksi. Di mana, pertumbuhan ekspor mencapai 2,9 perseb dan inpor kontraksi minus 3, persen.

"Ekspor didukung sektor pertanian dan manufaktur. Faktor harga membuat ekspor tambang dan migas turun, kontraksi impor diakibatkan penurunan impor bahan baku dan barang modal," jelas dia.

Disamping itu faktor pendorongnya bisa dilihat dari laju inflasi Maret secara year on year yaitu 2,96 persen. Dimana tekanan berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan komoditas pangan.