Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 tumbuh 2,97 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia 4,4 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menurutkan, prediksi tersebut karena melihat dampak penyebaran Covid-19 yang baru akan terasa di bulan April 2020.
Baca Juga
"Semula kami perkirakan pengaruhnya terasa di bulan April, Mei dan setengah Juni. Ini kemudian berkurang dan Agustus selesai (dampaknya)," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (6/5).
Advertisement
Namun perkiraan itu meleset karena dampak ekonomi sudah mulai terasa sejak bulan Maret 2020. Hal ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menerapkan pembatasan sosial (sosial distancing), jaga jarak (physical distancing), bekerja dari rumah (work from home) dan terkini Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga memengaruhi permintaan konsumsi dan investasi.
"Kami kira di Maret belum kena (dampak) penanganan Covid-19 ke aktivitas ekonomi baik konsumsi dan investasi," kata Perry.
Dalam kondisi ini bank sentral optimis pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan I 2020 masih bisa tumbuh 4,4 persen. Namun, dalam catatan BPS hasilnya lebih rendah dari perkiraan yakni hanya 2,8 persen.
Pertumbuhan Investasi
Begitu juga dengan perkiraan pertumbuhan investasi. Bank Indonesia memperkirakan tetap bisa tumbuh 2,4 persen tetapi hasil pemantauan BPS hanya tumbuh 1,7 persen.
Untuk itu dia menyimpulkan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berakibat pada sejumlah sektor. Baik itu permintaan konsumsi masyarakat, investasi dunia usaha dan turunnya aktivitas ekspor dan impor.
Meski begitu, prediksi Bank Indonesia terhadap aktivitas ekspor dalam pantauan BPS lebih baik. Semula pihaknya memprediksi ekspor tumbuh -1,6 persen. Tetapi BPS merilis aktivitas ekspor tumbuh 0,24 persen.
"Ekspor 0,24 persen dari data BPS, kami perkirakan negatif 1,6 persen," kata Perry.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement